Shanghai (antarasulteng.com) - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan Indonesia dan Uni Eropa segera memasuki tahap perundingan/negosiasi formal realisasi Perjanjian Menyeluruh Kemitraan Ekonomi (CEPA) antara kedua pihak.
Ditemui Antara serangkaian pertemuan Menteri Perdagangan negara G20 di Shanghai, Sabtu, Mendag Lembong mengatakan, optimistis perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) segera memasuki tahap negosiasi formal, meski mengalami keterlambatan dengan adanya Brexit.
Pembahasan terkait tindak lanjut implementasi IEU CEPA, menjadi bahasan dalam pertemuan bilateral Menteri Lembong dengan pihak Uni Eropa, di sela-sela pertemuan menteri perdagangan G20.
Sebelumnya, bersama Menteri Perindustrian Saleh Husin, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan pihak Komisi Eropa guna membahas jangkauan kerja sama (scoping paper) IEU CEPA.
"Scooping paper, kini sudah selesai dan Kami siap untuk masuk pada tahap negosiasi formal. Ini membuktikan komitmen yang tinggi dari kedua pihak untuk segera menyelesaikan dan mengimplemantasikan CEPA, meski kemarin sempat mengalami perlambatan karena peristiwa Brexit," ungkap Mendag Lembong.
Ia menyatakan peran Indonesia dalam rantai pasok global dan regional masih perlu ditingkatkan seiring dengan makin meningkatnya persaingan antarnegara.
Persaingan antarnegara tersebut dapat dilihat dari berkembangnya kerja sama di bidang perdagangan, seperti Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership Agreement atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (EPA/CEPA) antara berbagai negara dan kawasan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan total nilai perdagangan Indonesia-Uni Eropa turun sekitar 5,4 persen per tahun.
Hal itu berdampak pada penurunan surplus neraca perdagangan bagi Indonesia sebesar 14,5 persen per tahun pada periode waktu yang sama. Sementara itu, pada 2015, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa hanya mencapai 3,5 miliar dolar AS atau turun 16,7 persen dibandingkan nilai tahun sebelumnya yang mencapai 4,2 miliar dolar AS.
Apalagi ekspor Indonesia ke Uni Eropa masih didominasi produk primer pertanian, seperti minyak kelapa sawit, karet alam, dan kopra. Sebaliknya, produk impor Indonesia dari Uni Eropa didominasi produk-produk industri, seperti permesinan, peralatan telekomunikasi, suku cadang pesawat terbang, dan obat-obatan.
Dari sisi penanaman modal asing, nilai realisasi investasi Uni Eropa di Indonesia juga cenderung menurun. Pada 2014, nilai investasi Uni Eropa di Indonesia mencapai 3,8 miliar dolar AS dan turun menjadi 2,3 miliar dolar AS pada 2015. Investasi Uni Eropa hanya menempati peringkat keempat terbesar bagi Indonesia.
IEU CEPA juga diharapkan dapat mengedepankan prinsip saling menghormati, saling percaya, dan saling menguntungkan.
"IEU CEPA akan menjadi pendorong bagi peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar Uni Eropa serta meningkatkan peran Indonesia dalam global value chain," ujar Mendag Lembong.
Ditemui Antara serangkaian pertemuan Menteri Perdagangan negara G20 di Shanghai, Sabtu, Mendag Lembong mengatakan, optimistis perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) segera memasuki tahap negosiasi formal, meski mengalami keterlambatan dengan adanya Brexit.
Pembahasan terkait tindak lanjut implementasi IEU CEPA, menjadi bahasan dalam pertemuan bilateral Menteri Lembong dengan pihak Uni Eropa, di sela-sela pertemuan menteri perdagangan G20.
Sebelumnya, bersama Menteri Perindustrian Saleh Husin, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan pihak Komisi Eropa guna membahas jangkauan kerja sama (scoping paper) IEU CEPA.
"Scooping paper, kini sudah selesai dan Kami siap untuk masuk pada tahap negosiasi formal. Ini membuktikan komitmen yang tinggi dari kedua pihak untuk segera menyelesaikan dan mengimplemantasikan CEPA, meski kemarin sempat mengalami perlambatan karena peristiwa Brexit," ungkap Mendag Lembong.
Ia menyatakan peran Indonesia dalam rantai pasok global dan regional masih perlu ditingkatkan seiring dengan makin meningkatnya persaingan antarnegara.
Persaingan antarnegara tersebut dapat dilihat dari berkembangnya kerja sama di bidang perdagangan, seperti Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership Agreement atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (EPA/CEPA) antara berbagai negara dan kawasan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan total nilai perdagangan Indonesia-Uni Eropa turun sekitar 5,4 persen per tahun.
Hal itu berdampak pada penurunan surplus neraca perdagangan bagi Indonesia sebesar 14,5 persen per tahun pada periode waktu yang sama. Sementara itu, pada 2015, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa hanya mencapai 3,5 miliar dolar AS atau turun 16,7 persen dibandingkan nilai tahun sebelumnya yang mencapai 4,2 miliar dolar AS.
Apalagi ekspor Indonesia ke Uni Eropa masih didominasi produk primer pertanian, seperti minyak kelapa sawit, karet alam, dan kopra. Sebaliknya, produk impor Indonesia dari Uni Eropa didominasi produk-produk industri, seperti permesinan, peralatan telekomunikasi, suku cadang pesawat terbang, dan obat-obatan.
Dari sisi penanaman modal asing, nilai realisasi investasi Uni Eropa di Indonesia juga cenderung menurun. Pada 2014, nilai investasi Uni Eropa di Indonesia mencapai 3,8 miliar dolar AS dan turun menjadi 2,3 miliar dolar AS pada 2015. Investasi Uni Eropa hanya menempati peringkat keempat terbesar bagi Indonesia.
IEU CEPA juga diharapkan dapat mengedepankan prinsip saling menghormati, saling percaya, dan saling menguntungkan.
"IEU CEPA akan menjadi pendorong bagi peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar Uni Eropa serta meningkatkan peran Indonesia dalam global value chain," ujar Mendag Lembong.