Palu (ANTARA) -
Tendinitis adalah salah satu kondisi kesehatan yang kerap dialami oleh lansia, terutama mereka yang aktif secara fisik. Salah satu pasien yang mengalami hal ini adalah Baufati (70), seorang peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas tiga.
Selama setahun terakhir, ia harus menjalani perawatan rutin akibat tendinitis di bagian kakinya. Ia dirujuk dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Puskesmas Bulili ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) di RS Samaritan untuk menjalani terapi pada Poli Fisioterapi.
“Saya sudah mulai merasakan sakit di betis ini sejak beberapa tahun lalu, tapi baru setahun terakhir rasa sakitnya semakin parah. Setiap kali saya bergerak, apalagi saat bekerja di kebun untuk mencangkul atau sekadar berjalan sebentar, rasa sakitnya langsung terasa. Sering kali saya harus berhenti bekerja karena tidak tahan dengan nyerinya,” cerita Baufati saat ditemui usai sesi terapi di RS Samaritan pada Senin (26/8).
Gejala awal yang dialaminya dimulai dari rasa nyeri yang semakin parah setiap kali kakinya digerakkan. Selain itu, ia juga mengalami pembengkakan ringan di sekitar area yang meradang serta perubahan warna kemerahan yang membuat betis-nya terlihat bengkak dan hangat saat disentuh.
"Awalnya saya kira ini hanya pegal biasa karena usia, tapi setelah beberapa minggu nyeri itu makin sering terasa, sampai-sampai saya susah bergerak," ungkapnya.
Dokter yang menanganinya menjelaskan bahwa tendinitis yang dialami Baufati kemungkinan besar disebabkan oleh aktivitas fisik berulang yang sering ia lakukan selama bertahun-tahun, seperti berkebun. Selain itu, faktor usia juga memperparah kondisi ini, karena tendon pada tubuh manusia menjadi kurang fleksibel seiring waktu.
“Dokter menjelaskan bahwa tendon itu sebenarnya elastis, tapi kalau usia sudah semakin tua, seperti saya yang sudah 70 tahun ini, tendonnya jadi kurang fleksibel. Kalau dipakai bekerja terus menerus, lama-lama bisa radang seperti yang saya alami. Jadi, setelah konsultasi di Puskesmas Bulili, saya langsung dirujuk ke RS Samaritan untuk menjalani fisioterapi. Alhamdulillah, setelah beberapa kali sesi terapi, sekarang saya sudah mulai merasa ada perbaikan di kaki saya, meski belum sepenuhnya sembuh,” ujarnya.
Di samping menjalani terapi rutin, dokter juga meresepkan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang berfungsi untuk meredakan nyeri dan mengurangi peradangan pada tendon yang terkena radang.
“Obat yang diberikan memang sangat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, tapi yang paling penting menurut dokter adalah fisioterapi. Jadi, saya harus datang ke rumah sakit dua kali seminggu untuk melakukan latihan khusus untuk betis saya ini,” jelasnya.
Tidak hanya mendapatkan perawatan medis di rumah sakit, ia juga dianjurkan oleh dokter untuk melakukan beberapa perawatan mandiri di rumah. Salah satunya adalah istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas berat serta mengompres bagian yang sakit dengan es beberapa kali sehari untuk membantu mengurangi peradangan.
“Di rumah, saya juga sering pakai bantal untuk menopang betis waktu tidur, biar posisinya nggak salah dan nggak makin sakit,” tambahnya.
Baufati merasa sangat terbantu dengan adanya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebagai peserta JKN, seluruh perawatan yang ia jalani mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit, tidak membebani keuangan keluarganya sama sekali. Ia merasa bersyukur karena bisa mendapatkan perawatan yang layak tanpa harus khawatir tentang biaya pengobatan.
“Kalau bukan karena JKN, mungkin saya tidak akan bisa mendapatkan perawatan yang seharusnya. Biaya pengobatan sekarang kan mahal, apalagi dengan terapi dan obat-obatan yang saya butuhkan ini. Untung ada JKN yang menanggung semuanya,” ungkapnya.
Dengan semangat yang tinggi dan dukungan penuh dari Program JKN, ia berharap agar proses penyembuhannya bisa berjalan lancar.
Ia berkeinginan untuk segera sembuh dan bisa kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa.
“Saya berharap bisa cepat sembuh, biar bisa kembali ke kebun lagi. Saya sudah kangen bekerja di kebun, merawat tanaman, dan melakukan aktivitas yang saya suka. Fisioterapi ini memang melelahkan, tapi saya yakin hasilnya akan baik. Terlebih lagi, dengan adanya JKN, saya tidak perlu khawatir soal biaya, semua terjamin,” tutupnya. (tm/aq)