Ika Pusparani (41), seorang ibu rumah tangga, dilarikan ke UGD RS Budi Agung setelah mengalami gejala angina pectoris, yaitu nyeri dada hebat yang sering dikaitkan dengan penyakit jantung koroner. Ia menjalani perawatan intensif selama tiga hari untuk menstabilkan kondisi jantungnya dan memastikan tidak ada komplikasi serius.
"Nyeri dada saya muncul tiba-tiba dan sangat menusuk. Awalnya saya kira hanya maag biasa atau masuk angin, tapi makin lama terasa sesak dan menjalar ke pundak dan lengan. Saat itu saya langsung dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa bertahan," jelas Ika saat ditemui di Rumah Sakit Budi Agung pada Minggu (20/10).
Ika, peserta JKN dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) Badan Usaha dengan hak kelas rawat dua, mengatakan bahwa proses penanganan di UGD berlangsung cepat dan efektif.
Setibanya di UGD, ia langsung mendapatkan prioritas dengan pemeriksaan medis lengkap. Tim dokter segera melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk CT scan untuk menilai kondisi pembuluh darah jantungnya.
"Dokter bilang saya mengalami penyumbatan parsial pada arteri jantung, yang kalau tidak segera ditangani bisa berbahaya. Untungnya, semua biaya pemeriksaan dan rawat inap selama tiga hari ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Saya bisa fokus pada pemulihan tanpa khawatir soal biaya," ungkapnya.
Selama masa perawatan, Ika menerima beberapa jenis obat untuk mencegah serangan ulang, termasuk trimetazidine dan ranolazine yang diresepkan untuk mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan.
Tim dokter juga memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat agar jantungnya tetap stabil dan terhindar dari risiko serangan berikutnya.
"Dokter menyarankan saya untuk mengurangi makanan berlemak dan rutin berolahraga. Mereka juga mengingatkan agar rutin cek kesehatan, terutama untuk mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah. Saya merasa sangat diperhatikan selama perawatan, sama seperti pasien lain yang juga mendapatkan layanan maksimal tanpa perbedaan," tambahnya.
Angina pectoris sering kali disebabkan oleh penumpukan plak atau lemak di dalam arteri, yang mengakibatkan aliran darah menuju jantung terhambat.
Jika penyumbatan semakin parah hingga total, kondisi ini dapat memicu serangan jantung yang berpotensi mengancam nyawa. Oleh karena itu, gejala awal seperti nyeri dada ringan atau sesak napas sebaiknya segera diperiksakan, terutama jika bisa mereda dengan istirahat. Deteksi dini sangat penting agar kondisi ini tidak berkembang menjadi lebih serius.
"Selama dirawat, saya merasa tenang karena dokter dan perawat selalu memberi penjelasan yang jelas. Saya tidak merasa dibedakan, dan pelayanan yang saya terima sangat memuaskan. Berkat BPJS Kesehatan, saya bisa menjalani pengobatan ini tanpa beban finansial," jelasnya lebih lanjut.
Setelah keluar dari rumah sakit, Ika diminta untuk rutin kontrol dan mengikuti semua anjuran medis agar kesehatannya tetap terjaga. Ia juga diberi pengetahuan tentang pola makan sehat dan pentingnya aktivitas fisik agar serangan jantung bisa dicegah.
"Program JKN benar-benar membantu kami dalam situasi darurat seperti ini. Kalau tidak ada BPJS, saya mungkin akan kebingungan mencari biaya pengobatan. Saya berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjadi peserta JKN karena jaminan kesehatan ini sangat berguna," ujarnya.
Ika berharap, dengan perubahan pola hidup dan kepatuhan terhadap saran dokter, ia bisa mengurangi risiko serangan angina pectoris di masa depan. Ia pun mengapresiasi pelayanan RS Budi Agung yang menurutnya profesional dan ramah kepada semua pasien tanpa membedakan status kepesertaan. (tm/aq)