Palu (ANTARA) -
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu mengatakan buku yang berjudul "Likuefaksi Palu Menggemparkan Dunia" dapat menjadi daya tarik bagi siswa/siswi datang membaca buku di perpustakaan.
"Belum ada ilmuwan atau akademisi yang menerbitkan buku mengenai gempa Palu, selain buku Likuefaksi Palu," kata Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu Syamsul Saifudin usai menerima donasi buku tersebut di Palu, Senin.
Menurut dia, buku yang ditulis salah satu tokoh pers di Sulawesi Tengah tersebut menjadi pengingat dahsyatnya bencana 28 September 2018, sekaligus menambah literasi pelajar memahami kebencanaan dan menjadi penguat mitigasi terhadap siswa/siswi.
Pada kesempatan itu, ia juga mengucapkan terima kasih kepada penulis buku tersebut Tasman Banto yang telah mendonasikan karya intelektualnya untuk menambah koleksi bacaan perpustakaan.
"Buku adalah ilmu pengetahuan, meskipun buku ini hanya lima eksemplar didonasikan karena jumlah terbatas, paling tidak dapat menambah wawasan," ujarnya.
Syamsul mengemukakan perpustakaan adalah jendela dunia, artinya berbagai hal tentang ilmu pengetahuan dan hal lain dapat dibaca lewat buku-buku yang ada di perpustakaan.
Yang mana, rata-rata kunjungan perpustakaan milik Pemkot Palu per hari sekitar 80 orang pelajar maupun mahasiswa, baik hanya sekedar datang membaca maupun mencari referensi tugas sekolah maupun kampus.
"Paling sedikit 20 per hari berkunjung ke perpustakaan. Kami berharap buku ini ke depan lebih dinikmati masyarakat untuk dibaca," ucapnya.
Sementara itu Tasman Banto, penulis Buku Likuefaksi Palu Menggemparkan Dunia mengemukakan bahwa buku yang disumbangkannya merupakan dokumen monumental tentang bencana yang pernah terjadi di Palu.
“Artinya, anak cucu-cicit kita nantinya tidak hanya tahu cerita dari mulut ke mulut soal bencana itu. Tetapi lewat buku ini, mereka tahu cerita waktu kejadian tersebut” katanya.
Sebelumnya Tasman juga sudah menyumbangkan bukunya ke SMP Al-Azhar Palu dan SMAN 1 Palu, memberikan kepada rekan-rekannya di Palu bahkan, ada yang meminta buku itu dari luar kota seperti Makassar, Selatan kemudian Kendari, Sulawesi Tenggara dan DKI Jakarta.
"Buku ini dicetak hanya 350 eksemplar dan tidak dijual. Buku yang saya tulis ini berjumlah sekitar 150 halaman," kata dia.