Distribusi kain tenun Donggala terhenti akibat COVID-19

id tenun donggala,covid-19

Distribusi kain tenun Donggala  terhenti akibat COVID-19

Salah seorang penun menenun kain Donggala dengan menggunakan ATBM. Kondisi bisnis tenun Donggala di Palu masih lesuh sebagai dampak dari COVID-19 (ANTARASulteng.)

Palu (ANTARA) - Distribusi produk kain tenun Donggala dari sentra-sentra produksi ke sejumlah distributor di Kota Palu terpaksa dihentikan karena anjloknya pasar kain tenun di daerah itu akibat COVID-19.

"Imbas COVID-19 stok menumpuk, pasokan kain Donggala dari daerah seperti songket subi kami stop untuk sementara," kata Ketua Asosiasi Tenun Donggala Imam Basuki di Palu menanggapi kondisi pasar tenun pada masa pandemi COVID-19 di Palu, Rabu.

Imam mengatakan salah satu sektor usaha yang mendapat ujian bertubi-tubi adalah usaha tenun sebab belum pulih akibat bencana gempa pada 28 September 2018, kini didera lagi dengan bencana nonalam COVID-19.

Imam mengatakan penjualan kain tenun Donggala turun drastis sebab pasar potensial yang diharapkan paling besar bersumber dari kunjungan orang ke Palu.

"Tapi tak kunjung tiba karena penutupan bandara dan protokol kesehatan yang ketat," katanya.

Imam mengatakan di masa normal baru ini, situasi mulai beranjak berubah meskipun masih sangat jauh dari kondisi normal yang omset penjualan bisa mencapai Rp15 juta sampai Rp20 juta per hari.

"Sekarang omset sudah ada Rp1 juta per hari, tapi itu hanya untuk dipakai kebutuhan dan makan sehari-hari saja," katanya.

Imam mengatakan khusus sentra penjualan kain dan tenun Donggala di Jalan Mangga, Kota Palu, sangat terpukul setelah kawasan itu masuk zona merah COVID-19.

Sementara itu pelaku bisnis Batik Bomba mengaku belum ada perubahan mendasar dari diberlakukannya pengetatan jarak sosial ke situasi normal baru.

"Masih seperti waktu awal corona itu. Masih untung kalau dalam sehari ada yang terjual satu," kata pemilik usaha Batik Bomba Adi Pitoyo.

Menurut Adi, pelaku usaha batik mengalami keterpurukan sejak awal pandemi COVID-19.

Dia mengatakan dampaknya masih terus dirasakan hingga saat ini karena banyak pelanggan khususnya dari instansi pemerintah yang membatalkan pesanannya.

"Katanya anggaran untuk itu dialihkan untuk penanganan COVID-19. Semua order beberapa bulan sebelumnya dibatalkan," katanya.

Adi mengatakan salah satu pangsa pasar Batik Bomba miliknya adalah para tamu dari luar daerah dan instansi pemerintah. Namun karena tidak adanya tamu yang masuk ke Palu karena corona, membuat penjualan Batik Bomba anjlok.

"Dulu hampir setiap hari ada tamu dari luar daerah pasti datang belanja untuk oleh-oleh, sejak COVID tidak ada lagi tamu penjualan juga anjlok," katanya.

Demikian halnya kata Adi, kegiatan pesta pernikahan yang sebelum corona hampir setiap hari ada yang datang belanja untuk keperluan pesta, tetapi sejak pembatasan sosial berlaku dan tidak ada lagi pesta pernikahan yang meriah juga ikut menghajar bisnis batik di kota itu.