Palu (ANTARA) - Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kota Palu, Muslimun, mendorong agar tenun lokal dijadikan bagian dari muatan lokal (mulok) dalam kurikulum pendidikan di Kota Palu.
"Langkah tersebut penting untuk menjaga keberlangsungan dan pelestarian budaya daerah di tengah arus modernisasi," kata Muslimun saat menghadiri Konsultasi Publik Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Pelestarian Batik dan Tenun Lokal, yang digelar di Kantor Kelurahan Siranindi, Kecamatan Palu Barat, Jumat.
Muslimun menilai Ranperda tersebut harus mengatur pengembangan tenun secara menyeluruh, mulai dari proses pembuatan, perlindungan terhadap para pengrajin, hingga strategi pemasaran produk.
“Para pekerja tenun juga harus dilindungi, salah satu caranya dengan menciptakan regenerasi, misalnya menjadikan tenun sebagai muatan lokal di sekolah,” ujarnya.
Dia menambahkan, pengenalan tenun kepada pelajar sejak dini merupakan langkah strategis untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal sekaligus memastikan keberlanjutannya di masa depan.
“Soal minat bisa tumbuh kemudian. Yang penting, anak-anak diperkenalkan lebih dulu. Kalau sejak kecil mereka diajarkan tentang tenun, rasa bangga dan keinginan untuk melestarikan pasti akan muncul,” jelas Muslimun.
Dia berharap melalui Ranperda Pelestarian Batik dan Tenun Lokal, seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, dunia pendidikan, dan pelaku usaha, dapat bersinergi menjaga warisan budaya daerah agar tetap hidup dan berkembang.
“Tenun bukan sekadar produk, tapi identitas budaya yang perlu dijaga bersama,” tutup Muslimun.
