BTNKT: Hutan mangrove di Kepulauan Togean makin berkembang

id Manggrov, hutan bakau, Togean, touna, btnkt, Sulteng, bustang

BTNKT: Hutan mangrove di Kepulauan Togean makin berkembang

Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (BTNKT), Bustang. ANTARA/Moh Ridwan

Palu (ANTARA) -
Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (BTNKT) menyebut keberadaan hutan mangrove di wilayah konservasi Togean Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, semakin berkembang.
 
"Meningkatnya hutan mangrove maka berdampak positif terhadap ekosistem pesisir pantai dari bencana abrasi dan sebagainya," kata Kepala BTNKT Bustang yang dihubungi dari Palu, Kamis.
 
Menurut dia, keberadaan mangrove sangat memberikan dampak positif bagi kawasan kepulauan dari ancaman bencana, terlebih bagi biota laut.
 
Oleh karena itu, otoritas setempat terus mendorong pengembangan, baik melibatkan unsur pemerintah daerah, pemangku kepentingan maupun masyarakat kepulauan itu sendiri.
 
"Masyarakat adalah garda terdepan menjaga kelestarian manggrov. Manggrov merupakan salah satu tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi ekologi," ujar Bustang.
 
Ia memaparkan luas keseluruhan kawasan konservasi di bawah pengawasan BTNKT kurang lebih 363.150 hektare mencakup kawasan laut, pulau, hutan dan daratan dalam rangka menjaga kelangsungan ekosistem alam. 
 
Apalagi, Kepulauan Togean telah ditetapkan oleh UNESCO menjadi salah satu Cagar Biosfer di Sulteng, maka wilayah ke kepulauan tersebut menjadi lebih strategis, sehingga keberlangsungan ekosistem di dalamnya harus terjaga.
 
"Hutan mangrove tidak hanya berfungsi sebagai penghalang bencana, tetapi di sisi lain memberikan dampak ekonomis bagai masyarakat setempat, diantaranya dijadikan sebagai objek wisata hutan mangrove kemudian menjadi tempat budi daya kepiting merah atau kepiting bakau yang manfaatnya sudah dirasakan masyarakat setempat," ucap Bustang.
 
Kurun waktu empat tahun terakhir, katanya, hutan bakau sudah memberikan kontribusi besar terhadap lingkungan, khususnya wilayah kepulauan.
 
Meningkatnya kapasitas hutan tersebut, tidak terlepas dari peranan sosialisasi dan edukasi yang dilakukan BTNKT bersama pemerintah setempat kepada masyarakat pesisir terkait manfaat manggrov terhadap lingkungan.
 
"Sejauh ini masyarakat sangat mendukung gerakan pelestarian manggrov dan mereka bersama komunitas-komunitas lainnya sudah banyak melakukan aksi tanam bibit meskipun masih berskala kecil," demikian Bustang.