BPBD dorong pengembangan hutan bakau di Teluk Palu

id Hutan manggrov, teluk palu, minimalisir bencana

BPBD dorong pengembangan hutan bakau di Teluk Palu

Sejumlah aktivis Jaringan Arsitek Indonesia (Jari) dan pemerhati lingkungan melakukan pembibitan mangrove di area bekas terjangan tsnumai di pantai Kampung Lere, Teluk Palu, Sulawesi Tengah, pembibitan yang ditargetkan akan mencapai satu miliar pohon itu direncanakan untuk merehabilitasi bibir pantai Teluk Palu yang hancur akibat tsunami 28 September 2018 dengan pohon mangrove. (Antaranewa Sulteng/Basri Marzuki)

Palu (Antaranews Sulteng) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu mendorong pihak-pihak terkait untuk mengembangkan hutan bakau atau mangrove di pesiair pantai Teluk Palu, Sulawesi Tengah, guna meminimalisasi dampak bencana tsunami.
 
"Pada hakikatnya BPBD mendorong program perlindungan pantai. Kami akan bekerja sama dengan sejumlah dinas di jajar Pemerintah Kota Palu untuk penanganannya," kata Kepala BPBD Kota Palu Presly Tampubolon saat dihubungi di Palu, Kamis. 

Menurut Presly, perlindungan pesisir pantai sangat penting dilakukan mengingat pantai Teluk Palu rawan bencana khususnya tsunami dan abrasi.

Seperti pada bencana yang terjadi 28 September 2018, gempa bumi yang disusul tsunami memorakporanda kawasan pesisir pantai Teluk Palu yang menelan ribuan korban jiwa. Sementara itu, di Kota Donggala, pantai yang terlindungi hutan mangrove yang masih utuh, terhindar dari kerusakan akibat tsunami.
 
Hutan manggrov di pesisir Teluk Palu sangat minim, padahal fungsi tanaman tersebut sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup, fungsi lain yakni penahan abrasi pantai termasuk penahan gelombang tsunami. 

"Pengembangannya akan diarahkan di wilayah Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli, " ungkap mantan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palu dan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindag itu.

Presly menjelaskan, pemilihan lokasi pengembangan hutan bakau berdasarkan kajian kecocokan tanam dan disesuaikan dengan kondisi geografis, dimana kondisi permukaan pantai landai serta tingak sedimentasi yang cocok untuk penanaman dan berlumpur. 

"Penempatan pengembangan kawasan hutan mangrove juga mengacu pada kajian pemetaan kawasan hijau yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup," tambahnya. 

Dia menyebut kawasan wisata buatan yang berada di Anjungan Pantai Talise dan sekitarnya berdasarkan pemetaan kecocokan tanam tidak memenuhi kriteria karena kontur tanahnya berpasir. 

Hingga kini, pemerintah setempat belum memastikan perbaikan infrastruktur dan fasilitas lainnya di kawasan wisata Anjungan Nusantara pesisir Teluk Palu yang rusak dihantam tsunami. Mengingat beberapa tirik di kawasan tersebut terjadi longsor pada permukaan pantai, sehingga dinilai sangat berbahaya untuk jadi lokasi wisata atau rekreasi.

Sesuai rencana induk pemulihan pascabencana di Kota Palu, ditetapkan kawasan pesisir dengan jarak 100-200 meter dari tirik air pasang tertinggi adalah menjadi zona bebas aktivitas apapun.