China: pengelolaan TEPCO atas air olahan PLTN Fukushima tak meyakinkan

id china,jepang,pltn fukushima,air olahan nuklir,limbah nuklir

China: pengelolaan TEPCO atas air olahan PLTN Fukushima tak meyakinkan

Foto yang diambil pada 6 Maret 2023 ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Futabacho, Futabagun, Prefektur Fukushima, Jepang. (Xinhua/ZhangXiaoyu)

Beijing (ANTARA) - China menyebut cara perusahaan induk utilitas listrik Jepang TEPCO dalam mengelola air olahan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut tidak meyakinkan menyusul insiden satu orang pekerja terluka saat proses tersebut.

"Apa yang terjadi, kembali memperlihatkan sekali lagi masyarakat internasional mempunyai alasan untuk khawatir dan mempertanyakan keamanan dan keabsahan pembuangan limbah ke laut. Pengelolaan TEPCO terhadap pembuangan air yang terkontaminasi nuklir tidaklah meyakinkan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam konferensi pers rutin di Beijing, China pada Kamis (25/4).

Pada Rabu (24/4), Tokyo Electric Power Company (TEPCO) Holdings Inc. menghentikan sementara pelepasan air olahan yang mengandung tritium ke laut dari PLTN Fukushima setelah pasokan listrik ke pembangkit listrik itu terputus sebagian sekitar pukul 10.45 waktu setempat.

Menurut TEPCO, seorang pekerja terluka saat pekerjaan pengeboran pada saat itu. Pekerja tersebut diduga secara tidak sengaja merusak kabel listrik.

Pekerja tersebut, disebut berusia 50-an tahun dan berasal dari perusahaan mitra, mengalami luka bakar di wajah dan lengannya serta mendapat perawatan di rumah sakit.

"Sejak Jepang memulai pembuangan limbah ke laut pada Agustus 2023, beberapa kecelakaan keselamatan telah terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi selama delapan bulan terakhir," ungkap Wang Wenbin.

Kejadian tersebut menurut Wang Wenbin misalnya kejadian percikan air limbah radioaktif, kebocoran air yang terkontaminasi nuklir pada sistem pemurnian, korosi pada bagian dalam tangki yang digunakan untuk menyimpan air yang terkontaminasi nuklir hingga kegagalan sistem pasokan listrik.

"Meningkatkan pemantauan efektif jangka panjang dari komunitas internasional terhadap pembuangan air olahan terbukti menjadi suatu keharusan karena pembuangan air yang terkontaminasi nuklir Fukushima ke laut berdampak pada kesehatan seluruh umat manusia, lingkungan laut global dan kepentingan publik internasional," tambah Wang Wenbin.

Ia pun mendesak Jepang untuk menanggapi kekhawatiran masyarakat internasional dengan serius, dan mengambil inisiatif untuk bekerja sama sepenuhnya dalam menciptakan skema pemantauan internasional yang independen, efektif dan jangka panjang dengan partisipasi dari negara-negara tetangga Jepang dan pemangku kepentingan lainnya.

Meski pasokan listrik sempat terputus, pembuangan air dilanjutkan pada pukul 17.16 waktu setempat. TEPCO memastikan tidak ada kelainan pada fasilitas terkait.

Pemadaman listrik terjadi di salah satu sistem utama pembangkit listrik yang memasok listrik ke peralatan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir bekas dan fasilitas untuk melepaskan air yang diolah.  Namun, belum diketahui secara pasti kapan masalah tersebut akan terselesaikan.



TEPCO kembali melakukan pelepasan air olahan mengandung radioaktif tritium dari PLTN Fukushima yang lumpuh ke laut pada 19 April 2024.

Pelepasan air olahan tersebut merupakan kegiatan putaran pertama di tahun fiskal 2024. TEPCO berencana menyelesaikan putaran pelepasan air berikutnya pada tanggal 7 Mei.

Gelombang pertama pelepasan air PLTN Fukushima dimulai pada Agustus 2023, dan total sekitar 31.200 ton air olahan dilepaskan dalam empat putaran pada tahun fiskal 2023, yang berakhir pada Maret.

Pada tahun fiskal 2024, TEPCO berencana melepaskan total 54.600 ton dalam tujuh putaran.

Pemantauan yang dilakukan TEPCO dan pemerintah sejauh ini menunjukkan bahwa kadar tritium dalam air laut dan produk perikanan jauh di bawah standar yang ditetapkan pemerintah Jepang.

Dihantam gempa bumi bermagnitudo 9,0 dan tsunami pada 11 Maret 2011, PLTN Fukushima Daiichi mengalami kehancuran inti (core meltdown) yang melepaskan radiasi, mengakibatkan kecelakaan nuklir level-7, level tertinggi dalam Skala Peristiwa Nuklir dan Radiologi Internasional.