Batik Bomba khas Sulawesi tembus pasar Amerika Serikat

id batik bomba

Batik Bomba khas Sulawesi  tembus pasar Amerika Serikat

Seorang pekerja sedang menenun kain Donggala khas Sulawesi di rumah produksi kain tenun Donggala di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Jumat (18/11/2022). ANTARA/Muhammad Izfaldi

Palu (ANTARA) -
Kain tenun Donggala yang lebih dikenal dengan nama Batik Bomba khas Sulawesi saat ini telah berulangkali menembus pasar industri pakaian negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).
 
Pemilik industri rumahan kain tenun Donggala, Liswati mengatakan pengiriman Batik Bomba khas Sulawesi ke negeri Paman Sam telah berlangsung sejak 2015.
 
"Pertama kali kami mengirim ke luar negeri itu 2015 dan sejak itu sudah mulai rutin melakukan pengiriman sampai dengan sekarang," kata Liswati kepada Antara di rumah produksi kain tenun Donggala di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat.
 
Dia menjelaskan sekali melakukan pengiriman ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, pihaknya dapat meraup keuntungan hingga Rp10 juta untuk beberapa kain tenun Donggala yang dijual mulai dari Rp200 ribu sampai Rp2 juta per helai.
 
"Karena biasanya kalau permintaan dari luar negeri itu tidak hanya satu atau dua lembar, tapi jumlahnya cukup banyak dan saat ini bukan hanya ke Amerika, saja namun juga sudah ke negeri India," jelasnya.
 
Sementara untuk pasar domestik, Liswati mengaku sudah melayani permintaan ke seluruh wilayah Nusantara baik dilakukan secara individu maupun bersama pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah.
 
"Kalau pasar dalam negeri paling banyak permintaan itu dari Surabaya dan Jakarta, akan tetapi secara umum hampir seluruh provinsi sudah pernah kami layani untuk permintaan kain tenun Donggala dengan total keuntungan dalam satu bulan itu bisa mencapai Rp70 juta," katanya.
 
Akan tetapi,kondisi tersebut mulai berubah pascapandemi COVID-19 sebab mengalami penurunan permintaan dari berbagai daerah bahkan lokal.

Adapun rumah produksi kain tenun Donggala itu telah dimulai sejak 1975 oleh keluarga Liswati dengan berbagai fasilitas yang belum begitu memadai.
 
"Kalau saya sendiri adalah generasi pertama dari bapak dalam melanjutkan usaha ini mulai tahun 2000 sampai dengan sekarang," ucapnya.
 
Liswati mengaku memilih untuk melanjutkan industri tersebut karena mengandung nilai budaya yang dalam serta sejarah yang tidak dapat dinilai dari sisi ekonomi.
 
Oleh karena itu,pihaknya berharap agar pemerintah dapat mengedepankan berbagai program kerja yang dapat memberdayakan berbagai ekonomi dengan basis budaya.
 
"Karena melestarikan budaya adalah tanggung jawab bersama, bukan individu saja," demikian Liswati.
 
 
Proses menenun kain Donggala khas Sulawesi di rumah produksi kain tenun Donggala di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Jumat (18/11/2022). ANTARA/Muhammad Izfaldi