Palu (Antaranews Sulteng) - Seluruh ruas jalan trans Sulawesi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, kini dalam kondisi baik untuk mendukung kelancaran arus mudik Lebaran 2018, meski di beberapa titik masih sedang dalam penanganan darurat.
"Sebelum musim angkutan lebaran pada H-10 sampai H+10, seluruh ruas jalan dipastikan fungsional. Sebagian besarnya dalam kondisi mulus dengan aspal hotmix," kata Ir Akmad Cahyadi, M.Eng.Sc, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Sulteng-Sultra yang dihubungi di Palu, Selasa, usai menyusuri jalan trans Sulawesi Sulteng-Sultra.
Dari kunjungan selama lima hari, 23-27 Mei 2018 dengan menempuh perjalanan sekitar 1.700 kilometer, Cahyadi menemukan beberapa titik di ruas-ruas jalan tersebut yang memerlukan kehati-hatian pengemudi karena badan jalan yang sebelumnya sudah mantap itu, tertimpa bencana sehingga terjadi longsoran atau badan jalannya amblas.
Di ruas Tomata-Beteleme, Kabupaten Morowali, misalnya, ada enam titik dimana badan jalannya amblas dan berlubang-lubang sehingga kendaraan harus berjalan perlahan-lahan.
Baca juga: 95 persen jalan nasional di Sulteng sudah mantap (Vidio)
Sementara itu di Desa Tangofa, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, beberapa kilometer sebelum memasuki garis batas Sulteng-Sultra, terdapat pula jalan amblas hingga dua meter sehingga untuk sementara waktu arus lalulintas tertutup total.
Di pegunungan Bete-bete, Kabupaten Morowali, juga terdapat badan jalan sekitar lima lima kilometer yang aspalnya terkelupas dan keluar bebatuan dari dasar jalan yang bisa mengganggu arus lalulintas kalau pengemudi tidak hati-hati.
Sementara itu, kata Cahyadi, pada ruas jalan nasional Kendari-Kolaka-Lasusua-batas Sulsel, tidak ada hambatan berarti kecuali jalan aspal yang mulai berlubang akibat beban berat kendaraan serta tanjakan yang cukup tajam di pegunungan Tamborasi dan Lelewawo, Kabupaten Kolaka Utara, yang disertai jalan berlubang.
Sedangkan di ruas Kolaka-Boepinang-Kasipute-Kendari, Sultra, kondisi jalan umumnya baik meski beberapa bagian badan jalan beraspal sudah berlubang.
"Semua ruas jalan yang longsor, amblas dan berlubang itu sedang kita tangani. Longsoran dibersihkan, jalan amblas ditutup dan dipadatkan disertai pemasangan penahan pinggiran, serta aspal berlubang ditambal (overlay), sehingga semuanya akan fungsional dalam sepekan ke depan," ujarnya.
Kepala BPJN XIV Palu Akhmad Cahyadi (kanan) berpose di tugu perbatasan Sulteng-Sultra, Kamis (24/5), dalam rangkaian monitoring dan evaluasi peningkatan dan pemelirahaan jalan nasional di dua provinsi tersebut. (Antaranews Sulteng/Humas BPJN XIV Palu)
Pasang Rambu-rambu
Cahyadi juga telah memerintahkan para Penanggung Jawab Pelaksana Kegiatan (PPK) dan Kepala Satuan Kerja (Satker) di seluruh Sulawesi Tengah dan Tenggara untuk memasang rambu-rambu lalulintas di titik-titik yang dianggap riskan bagi arus lalulintas guna meminimalisasi kecelakaan.
"Saya juga telah menginstruksikan staf dan kontraktor untuk menyiagakan kendaraan berat dan personelnya pada ruas-ruas yang rawan longsor seperti Tawaeli-Toboli, Tomata-Beteleme, Bungku-Kendari dan Kolaka ke perbatasan Sultra-Sulsel, sehingga bisa dikerahkan sewaktu-waktu bila terjadi longsor atau badan jalan amblas," ujarnya.
Cahyadi mengakui bahwa jalan trans Sulawesi yang cukup berat kondisinya untuk dilewati saat ini adalah ruas Asera-Kendari di Sulawesi Tenggara. Ini karena beberapa kilometer jalan antara Asera-Pohara yang sedang ditangani BPJN, dalam kondisi rusak akibat musim hujan berkepanjangan.
Baca juga: Longsor jalan Trans Sulawesi Bungku-Kendari tuntas dalam sepekan (vidio)
"Beberapa titik yang sedang dikerjakan kontraktornya berubah menjadi lumpur karena musim hujan ditambah lagi tingginya arus kendaraan truk bermuatan batu untuk pembangunan smelter nikel di Morosi, sehingga baru saja badan jalan diperkeras, beberapa hari kemudian rusak lagi karena dilintasi puluhan bahkan ratusan truk pengangkut batu setiap hari," ujarnya.
Karena beratnya medan di jalur ini, terutama di sekitar desa Paku Jaya, Kabupaten Konawe, arus lalulintas kini beralih menggunakan jalan kabupaten sepanjang sekitar 15 kilometer melintasi Kecamatan Morosi, namun kondisi jalan inipun juga sangat memprihatinkan karena berlubang-lubang di sepanjang ruas tersebut.
"Untuk menempuh ruas alternatif lewat Morosi ini, harus menghabiskan waktu hampir dua jam padahal jaraknya hanya 15 kilometer. Bahkan sebuah mobil rombongan kami, terperangkap lumpur sehingga membutuhkan waktu setengah jam untuk mengeluarkannya dari jebakan lumpur di jalur alternatif itu," kata Rival, staf Humas BPJN XIV Palu yang baru melintasi ruas itu bersama rombongan Kepala BPJN Akhmad Cahyadi.
Khusus ruas trans Sulawesi Palu-Gorontalo lewat Kabupaten Parigi Moutong (pantai timur Sulteng) dan yang lewat Tolitoli-Buol (pantai barat Sulteng) serta Palu-Makassar lewat Poso dan Palu-Makassar lewat Mamuju, Sulbar, juga semua dalam kondisi fungsional untuk angkutan lebaran dan optimistis minim hambatan selama musim angkutan mudik lebaran.
Baca juga: Transportasi Sulteng-Sultra lumpuh akibat banjir
Kepala BPJN XIV Palu Akhmad Cahyadi (kanan) berdiskusi dengan sejumlah stafnya saat berada di jalur trans Sulawesi Bungku-Kendari yang sedang tertutup banjir di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sultra, Kamis (24/5) petang. (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)
"Sebelum musim angkutan lebaran pada H-10 sampai H+10, seluruh ruas jalan dipastikan fungsional. Sebagian besarnya dalam kondisi mulus dengan aspal hotmix," kata Ir Akmad Cahyadi, M.Eng.Sc, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Sulteng-Sultra yang dihubungi di Palu, Selasa, usai menyusuri jalan trans Sulawesi Sulteng-Sultra.
Dari kunjungan selama lima hari, 23-27 Mei 2018 dengan menempuh perjalanan sekitar 1.700 kilometer, Cahyadi menemukan beberapa titik di ruas-ruas jalan tersebut yang memerlukan kehati-hatian pengemudi karena badan jalan yang sebelumnya sudah mantap itu, tertimpa bencana sehingga terjadi longsoran atau badan jalannya amblas.
Di ruas Tomata-Beteleme, Kabupaten Morowali, misalnya, ada enam titik dimana badan jalannya amblas dan berlubang-lubang sehingga kendaraan harus berjalan perlahan-lahan.
Baca juga: 95 persen jalan nasional di Sulteng sudah mantap (Vidio)
Sementara itu di Desa Tangofa, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, beberapa kilometer sebelum memasuki garis batas Sulteng-Sultra, terdapat pula jalan amblas hingga dua meter sehingga untuk sementara waktu arus lalulintas tertutup total.
Di pegunungan Bete-bete, Kabupaten Morowali, juga terdapat badan jalan sekitar lima lima kilometer yang aspalnya terkelupas dan keluar bebatuan dari dasar jalan yang bisa mengganggu arus lalulintas kalau pengemudi tidak hati-hati.
Sementara itu, kata Cahyadi, pada ruas jalan nasional Kendari-Kolaka-Lasusua-batas Sulsel, tidak ada hambatan berarti kecuali jalan aspal yang mulai berlubang akibat beban berat kendaraan serta tanjakan yang cukup tajam di pegunungan Tamborasi dan Lelewawo, Kabupaten Kolaka Utara, yang disertai jalan berlubang.
Sedangkan di ruas Kolaka-Boepinang-Kasipute-Kendari, Sultra, kondisi jalan umumnya baik meski beberapa bagian badan jalan beraspal sudah berlubang.
"Semua ruas jalan yang longsor, amblas dan berlubang itu sedang kita tangani. Longsoran dibersihkan, jalan amblas ditutup dan dipadatkan disertai pemasangan penahan pinggiran, serta aspal berlubang ditambal (overlay), sehingga semuanya akan fungsional dalam sepekan ke depan," ujarnya.
Pasang Rambu-rambu
Cahyadi juga telah memerintahkan para Penanggung Jawab Pelaksana Kegiatan (PPK) dan Kepala Satuan Kerja (Satker) di seluruh Sulawesi Tengah dan Tenggara untuk memasang rambu-rambu lalulintas di titik-titik yang dianggap riskan bagi arus lalulintas guna meminimalisasi kecelakaan.
"Saya juga telah menginstruksikan staf dan kontraktor untuk menyiagakan kendaraan berat dan personelnya pada ruas-ruas yang rawan longsor seperti Tawaeli-Toboli, Tomata-Beteleme, Bungku-Kendari dan Kolaka ke perbatasan Sultra-Sulsel, sehingga bisa dikerahkan sewaktu-waktu bila terjadi longsor atau badan jalan amblas," ujarnya.
Cahyadi mengakui bahwa jalan trans Sulawesi yang cukup berat kondisinya untuk dilewati saat ini adalah ruas Asera-Kendari di Sulawesi Tenggara. Ini karena beberapa kilometer jalan antara Asera-Pohara yang sedang ditangani BPJN, dalam kondisi rusak akibat musim hujan berkepanjangan.
Baca juga: Longsor jalan Trans Sulawesi Bungku-Kendari tuntas dalam sepekan (vidio)
"Beberapa titik yang sedang dikerjakan kontraktornya berubah menjadi lumpur karena musim hujan ditambah lagi tingginya arus kendaraan truk bermuatan batu untuk pembangunan smelter nikel di Morosi, sehingga baru saja badan jalan diperkeras, beberapa hari kemudian rusak lagi karena dilintasi puluhan bahkan ratusan truk pengangkut batu setiap hari," ujarnya.
Karena beratnya medan di jalur ini, terutama di sekitar desa Paku Jaya, Kabupaten Konawe, arus lalulintas kini beralih menggunakan jalan kabupaten sepanjang sekitar 15 kilometer melintasi Kecamatan Morosi, namun kondisi jalan inipun juga sangat memprihatinkan karena berlubang-lubang di sepanjang ruas tersebut.
"Untuk menempuh ruas alternatif lewat Morosi ini, harus menghabiskan waktu hampir dua jam padahal jaraknya hanya 15 kilometer. Bahkan sebuah mobil rombongan kami, terperangkap lumpur sehingga membutuhkan waktu setengah jam untuk mengeluarkannya dari jebakan lumpur di jalur alternatif itu," kata Rival, staf Humas BPJN XIV Palu yang baru melintasi ruas itu bersama rombongan Kepala BPJN Akhmad Cahyadi.
Khusus ruas trans Sulawesi Palu-Gorontalo lewat Kabupaten Parigi Moutong (pantai timur Sulteng) dan yang lewat Tolitoli-Buol (pantai barat Sulteng) serta Palu-Makassar lewat Poso dan Palu-Makassar lewat Mamuju, Sulbar, juga semua dalam kondisi fungsional untuk angkutan lebaran dan optimistis minim hambatan selama musim angkutan mudik lebaran.
Baca juga: Transportasi Sulteng-Sultra lumpuh akibat banjir