Antropolog Unhas: Manusia harus bijak mengelola lingkungan hidup

id Antropologi, Untad, fisip Untad, manusia, lingkungan hidup, Hamka Naping, Palu, Sulteng, unhas

Antropolog Unhas: Manusia harus bijak mengelola lingkungan hidup

Prof Hamka Naping (kedua dari kiri) menjadi narasumber pada kegiatan kuliah temu bertajuk "memahami antropologi lingkungan" yang digelar Program Studi Antropologi Universitas Tadulako Palu, di Palu, Sabtu (20/11/2021). ANTARA/HO/Antropologi Untad

Palu (ANTARA) -
Seorang antropolog Universitas Hasanudin (Unhas) Prof Hamka Naping mengatakan manusia harus bijak dalam mengelola lingkungan hidup karena keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
 
"Lingkungan/ekologi dipahami sebagai keseluruhan alam semesta dan seluruh interaksi saling memengaruhi apa yang terjadi di dalamnya antarmakluk hidup," kata Hamka saat menjadi narasumber pada kuliah temu bertajuk "memahami antropologi lingkungan" yang digelar di Universitas Tadulako Palu, Sabtu.
 
Ia menjelaskan, dari kegiatan pengelolaan ekologi tercipta satu kebiasaan atau kebudayaan manusia memenuhi kebutuhan hidup, karena terjadi reaksi (manusia) dan kasi (alam).
 
Oleh karena itu, berbicara soal alam tidak terlepas dari filsafat lingkungan yang merupakan sebuah proses pencarian pertanyaan tentang lingkungan hidup, baik tentang makna dan hakikatnya maupun tentang segala hal berkaitan yang menyangkut lingkungan hidup itu itu sendiri.
 
Yang mana, berdasarkan kajian tersebut bahwa lingkungan hidup mengandung pengertian kearifan memahami alam sebagai rumah tinggal, sekaligus sebagai kearifan dalam menuntun secara alamiah.
"Kajian ini tidak sekadar ilmu, tetapi melainkan sebagai bagian dari kearifan," ucap Hamka yang juga mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas.
 
Prof Hamka Naping (tengah) berpose bersama Dosen Antropologi FISIP UNTAD usai kuliah temu bertajuk "memahami antropologi lingkungan" yang digelar di Palu, Sabtu (20/11/2021). ANTARA/HO/Antropologi Untad
Dalam prespektif antropologi, katanya, alam sebagai tempat hidup manusia dan sebagai sumber penghidupan seluruh makhluk hidup, termasuk sebagai tantangan bagi kemajuan peradaban yang memengaruhi sifat, karakter dan perilaku.
 
Lalu, secara nilai etik lingkungan mencakup nilai ekonomi, mental spiritual, ilmiah dan budaya sebab alam bukan hanya sekedar menjadi tempat tinggal tetapi juga sebagai gudang ilmu pengetahuan.
 
"Tidak jarang pengelolaan lingkungan menimbulkan berbagai persoalan diantaranya terjadi pencemaran, masalah kehutanan, erosi dan banjir, tanah longsor, menipisnya lapisan ozon serta menimbulkan wabah penyakit," ungkap Hamka.
 
Asisten Direktur pascasarjana Unhas ini menambahkan, oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu mengacu pada prinsip-prinsip dasar ekologi agar tercipta keseimbangan ekosistem alam yang pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan kehidupan, namun justru sebaliknya bila alam rusak maka akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan makhluk hidup di dalamnya.
 
"Menjaga keberlangsungan langsung lingkungan hidup perlu kolaborasi antara pemerintah, pemangku kepentingan, swasta termasuk masyarakat," demikian Hamka.