Morowali Utara (ANTARA) - Bupati Morowali Utara (Morut) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dr. Delis Julkarson Hehi mengajak warga Morut agar menjadikan Hari Kebangkitan Nasional sebagai momentum untuk bangkit usai terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Ia ingin warga kabupaten menanamkan jiwa semangat, pantang menyerah, nasionalisme dan rasa cinta terhadap bangsa sebagaimana yang dilakukan oleh para pendiri bangsa dan tokoh-tokoh pencetus gerakan kebangkitan nasional yang tetap semangat dan terus bangkit dari tekanan para penjajah yang ingin memadamkan semangat dan perjuangan para tokoh-tokoh itu.
"Kebangkitan nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara yang kini dinamai Indonesia. Itu terjadi ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai orang Indonesia," katanya di Kolonodale, Jumat.
Masa itu, lanjutnya, ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu lahirnya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 dan diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
"Untuk mengejar keuntungan ekonomi dan menguasai administrasi wilayah, tentara penjajah Belanda saat itu menerapkan sistem pemerintahan kolonial pada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki kesamaan identitas politik dengan mereka," ujarnya.
Kala itu Belanda menetapkan batas-batas teritorial di Hindia Belanda yang menjadi cikal bakal Indonesia modern.
Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru.
Melalui kebijakan politik etis, Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar.
Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut sebagai kebangkitan nasional Indonesia.
"Peristiwa ini dibarengi dengan peningkatan aktivitas politik hingga mencapai puncaknya saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945," ucapnya.*