Kelompok anak di Donggala gelar aksi bersih pantai dan tanam pohon
Donggala (ANTARA) - Sekelompok anak-anak di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala yang tergabung dalam Child Campaigner Save the Children Indonesia, menginisiasi generasi iklim dengan menggelar aksi bersih pantai, menanam pohon dan melakukan pemagaran hutan bakau di pesisir Pantai Mapaga, Sulawesi Tengah.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk meminimalisasi dampak banjir rob dan bencana lainnya yang menerjang daerah tersebut.
"Kita mulai bersih pantai dan tanam bakau Minggu dan ini akan berkelanjutan tidak hanya sekali," sebut Rahmi (17) salah satu penggagas aksi di Donggala, Senin.
Rahmi yang juga merupakan bagian dari Forum Anak Labean mengatakan hingga saat ini di Kecamatan Balaesang belum memiliki tempat pembuangan sampah sehingga sebagai besar masyarakat di daerah tersebut masih membuang sampah di sungai dan di laut.
"Saat banjir rob sampah itu naik ke darat dan berdampak pada kesehatan masyarakat khususnya kami anak-anak di Labean ini," tuturnya.
Menurut Rahmi kegiatan bersih pantai dan menanam pohon di pesisir pantai bagian dari aksi generasi iklim yang diharapkan bisa meminimalisasi dampak banjir rob dan bencana alam lainnya.
"Awalnya sebelum bencana banjir rob hanya di atas mata kaki. Setelah bencana, bisa sampai 60-an centimeter atau selutut orang dewasa. Kalau banjir, semua barang yang tidak bisa kena air diangkat atau dipindahkan," kata Rahmi.
Ketua Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) Desa Labean Ishak menambahkan pasca gempa dan tsunami 2018, pesisir pantai di Desa Labean mengalami penurunan kurang lebih satu meter dan sering dilanda banjir rob.
"Yang mengalami penurunan itu yang tidak ada pohonnya sementara yang ada pohon itu tanahnya tidak turun makanya anak-anak di Balaesang ini punya inisiatif untuk menanam pohon," jelasnya.
Pohon yang ditanam yakni pohon butun yang merupakan jenis tanaman ketapang dan hidup di pesisir pantai.
"Tidak ada perawatan khusus hanya saja kita sering cek karena ancamannya hewan ternak sehingga awal penanaman harus dipagar biar aman," ujarnya.
Chief of Advocacy, Campaign, Communication and Media - Save the Children Indonesia Troy Pantouw menjelaskan Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan, sebaran abrasi pantai di Sulawesi Tengah sebanyak 34 titik.
Angka ini merupakan terbanyak ketiga di Pulau Sulawesi setelah Sulawesi Selatan (57 titik) dan Sulawesi Tenggara (74 titik).
Abrasi pantai berdampak pada penyusutan garis pantai sehingga daratan utama semakin berkurang, berkurangnya sumber daya ikan dan plasma nutfah, serta merusak hutan bakau di sepanjang pesisir pantai sehingga memperbesar risiko bencana.
“Krisis Iklim dirasakan dampaknya secara nyata oleh anak-anak saat ini, terutama pada mereka yang tinggal di daerah rawan bencana dan pernah mengalami histori kejadian bencana skala besar seperti misalnya di Kabupaten Donggala,” jelasnya.
Troy juga menegaskan anak-anak dan keluarga yang terdampak langsung dari krisis iklim juga harus dibantu dalam melakukan upaya-upaya adaptasi, karena kemampuan mereka terbatas.
"Tanpa adanya aksi nyata yang dilakukan segera maka anak-anak akan terus menanggung beban yang tidak proporsional karena situasi yang mereka alami saat ini," demikian Troy.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk meminimalisasi dampak banjir rob dan bencana lainnya yang menerjang daerah tersebut.
"Kita mulai bersih pantai dan tanam bakau Minggu dan ini akan berkelanjutan tidak hanya sekali," sebut Rahmi (17) salah satu penggagas aksi di Donggala, Senin.
Rahmi yang juga merupakan bagian dari Forum Anak Labean mengatakan hingga saat ini di Kecamatan Balaesang belum memiliki tempat pembuangan sampah sehingga sebagai besar masyarakat di daerah tersebut masih membuang sampah di sungai dan di laut.
"Saat banjir rob sampah itu naik ke darat dan berdampak pada kesehatan masyarakat khususnya kami anak-anak di Labean ini," tuturnya.
Menurut Rahmi kegiatan bersih pantai dan menanam pohon di pesisir pantai bagian dari aksi generasi iklim yang diharapkan bisa meminimalisasi dampak banjir rob dan bencana alam lainnya.
"Awalnya sebelum bencana banjir rob hanya di atas mata kaki. Setelah bencana, bisa sampai 60-an centimeter atau selutut orang dewasa. Kalau banjir, semua barang yang tidak bisa kena air diangkat atau dipindahkan," kata Rahmi.
Ketua Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) Desa Labean Ishak menambahkan pasca gempa dan tsunami 2018, pesisir pantai di Desa Labean mengalami penurunan kurang lebih satu meter dan sering dilanda banjir rob.
"Yang mengalami penurunan itu yang tidak ada pohonnya sementara yang ada pohon itu tanahnya tidak turun makanya anak-anak di Balaesang ini punya inisiatif untuk menanam pohon," jelasnya.
Pohon yang ditanam yakni pohon butun yang merupakan jenis tanaman ketapang dan hidup di pesisir pantai.
"Tidak ada perawatan khusus hanya saja kita sering cek karena ancamannya hewan ternak sehingga awal penanaman harus dipagar biar aman," ujarnya.
Chief of Advocacy, Campaign, Communication and Media - Save the Children Indonesia Troy Pantouw menjelaskan Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan, sebaran abrasi pantai di Sulawesi Tengah sebanyak 34 titik.
Angka ini merupakan terbanyak ketiga di Pulau Sulawesi setelah Sulawesi Selatan (57 titik) dan Sulawesi Tenggara (74 titik).
Abrasi pantai berdampak pada penyusutan garis pantai sehingga daratan utama semakin berkurang, berkurangnya sumber daya ikan dan plasma nutfah, serta merusak hutan bakau di sepanjang pesisir pantai sehingga memperbesar risiko bencana.
“Krisis Iklim dirasakan dampaknya secara nyata oleh anak-anak saat ini, terutama pada mereka yang tinggal di daerah rawan bencana dan pernah mengalami histori kejadian bencana skala besar seperti misalnya di Kabupaten Donggala,” jelasnya.
Troy juga menegaskan anak-anak dan keluarga yang terdampak langsung dari krisis iklim juga harus dibantu dalam melakukan upaya-upaya adaptasi, karena kemampuan mereka terbatas.
"Tanpa adanya aksi nyata yang dilakukan segera maka anak-anak akan terus menanggung beban yang tidak proporsional karena situasi yang mereka alami saat ini," demikian Troy.