Wujud "menyama braya", pecalang jaga shalat Idul Adha di Denpasar
Denpasar (ANTARA) - Sejumlah pecalang atau petugas pengamanan adat dari Banjar Lumintang, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar, turut menjaga pelaksanaan ibadah shalat Idul Adha 1444 Hijriah/2023 Masehi di Lapangan Lumintang, Denpasar, Bali, Kamis.
Menurut Ketua Pengawas PHBI Yayasan Aji Dharma Nirmala Al-Kautsar Denpasar, Jumari, hal itu menjadi perwujudan nilai menyama braya atau persaudaraan dalam pelaksanaan ibadah umat beragama di Bali.
"Kita di Bali tidak menganggap karena ada perbedaan agama kemudian kita lantas tidak bisa bekerja sama? Tentu itu tidak, namun betul-betul meskipun kita beda agama, beda suku, kita ini satu persatuan dan kemanusiaan," kata Jumari.
Jumari menjelaskan bahwa keterlibatan pecalang menjaga pelaksanaan shalat Idul Adha di Lapngan Lumintang sudah menjadi tradisi sejak ibadah tersebut digelar di sana medio tahun 2000-an.
Oleh karena itu, Jumari juga mengajak umat Islam di Denpasar untuk terus menggaungkan semangat persatuan dan kesatuan serta menyama braya dalam memaknai Idul Adha 1444 Hijriah.
"Nilai pengorbanan harus dimiliki setiap umat Islam terutama senantiasa sama-sama proaktif menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, kedamaian, keberkahan dan kerukunan," katanya.
Jumari, yang juga Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar, menambahkan Idul Adha adalah momentum untuk meneladani Nabi Ibrahim AS sekeluarga yang telah mengorbankan segala yang dimiliki, baik harta, maupun nyawa dan jiwa demi keberkahan Islam.
Umat Islam diharapkan dapat berkontribusi terhadap kedamaian, persatuan dan kesatuan bangsa.
"Dalam konteks kebangsaan, untuk menjaga kesatuan dan persatuan NKRI ini maka melalui Idul Adha atau Idul Qurban ini digaungkan. Nilai pengorbanan itu harus dimiliki setiap umat Islam," ucapnya.
Hal senada disampaikan Ustadz H M Arifin selaku khatib dalam shalat Idul Adha tersebut yang mengimbau para pemimpin agar tidak mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya semata, tetapi harus mengutamakan kepentingan masyarakat luas.
"Toleransi dan rasa menyama braya yang selama ini sudah terjalin baik di Bali harus diteruskan dan digalakkan," katanya.
Salah satu perwakilan pecalang, Wayan Gede Arimbawa, mengatakan dalam shalat Idul Adha kali ini dikerahkan sebanyak 15 orang.
"Kami membantu menjaga keamanan sekaligus ini wujud toleransi antar-umat beragama," ujar Arimbawa.
Shalat Idul Adha di Lapangan Lumintang Denpasar diikuti sekira 7.000 umat Islam dipimpin Ustadz Abdurrahman selaku imam dan Ustadz H.M. Arifin sebagai khatib.
Menurut Ketua Pengawas PHBI Yayasan Aji Dharma Nirmala Al-Kautsar Denpasar, Jumari, hal itu menjadi perwujudan nilai menyama braya atau persaudaraan dalam pelaksanaan ibadah umat beragama di Bali.
"Kita di Bali tidak menganggap karena ada perbedaan agama kemudian kita lantas tidak bisa bekerja sama? Tentu itu tidak, namun betul-betul meskipun kita beda agama, beda suku, kita ini satu persatuan dan kemanusiaan," kata Jumari.
Jumari menjelaskan bahwa keterlibatan pecalang menjaga pelaksanaan shalat Idul Adha di Lapngan Lumintang sudah menjadi tradisi sejak ibadah tersebut digelar di sana medio tahun 2000-an.
Oleh karena itu, Jumari juga mengajak umat Islam di Denpasar untuk terus menggaungkan semangat persatuan dan kesatuan serta menyama braya dalam memaknai Idul Adha 1444 Hijriah.
"Nilai pengorbanan harus dimiliki setiap umat Islam terutama senantiasa sama-sama proaktif menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, kedamaian, keberkahan dan kerukunan," katanya.
Jumari, yang juga Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar, menambahkan Idul Adha adalah momentum untuk meneladani Nabi Ibrahim AS sekeluarga yang telah mengorbankan segala yang dimiliki, baik harta, maupun nyawa dan jiwa demi keberkahan Islam.
Umat Islam diharapkan dapat berkontribusi terhadap kedamaian, persatuan dan kesatuan bangsa.
"Dalam konteks kebangsaan, untuk menjaga kesatuan dan persatuan NKRI ini maka melalui Idul Adha atau Idul Qurban ini digaungkan. Nilai pengorbanan itu harus dimiliki setiap umat Islam," ucapnya.
Hal senada disampaikan Ustadz H M Arifin selaku khatib dalam shalat Idul Adha tersebut yang mengimbau para pemimpin agar tidak mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya semata, tetapi harus mengutamakan kepentingan masyarakat luas.
"Toleransi dan rasa menyama braya yang selama ini sudah terjalin baik di Bali harus diteruskan dan digalakkan," katanya.
Salah satu perwakilan pecalang, Wayan Gede Arimbawa, mengatakan dalam shalat Idul Adha kali ini dikerahkan sebanyak 15 orang.
"Kami membantu menjaga keamanan sekaligus ini wujud toleransi antar-umat beragama," ujar Arimbawa.
Shalat Idul Adha di Lapangan Lumintang Denpasar diikuti sekira 7.000 umat Islam dipimpin Ustadz Abdurrahman selaku imam dan Ustadz H.M. Arifin sebagai khatib.