Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan India, sebagai dua negara besar di kawasan Indo-Pasifik, hendaknya memainkan peran yang lebih besar untuk menentukan masa depan kemajuan kawasan tersebut, menurut Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).
Senior Fellow FPCI Shofwan Al-Banna Choiruzzad mengatakan, hal tersebut merupakan keharusan sebagai upaya Indonesia dan India “merebut” pemaknaan istilah “Indo-Pasifik” yang pertama kali dicetuskan Barat.
“Kita tidak boleh menjadi penerima pasif konsep Indo-Pasifik, tapi kita justru harus menjadi pembina utama atas gagasan Indo-Pasifik,” kata Shofwan dalam gelar wicara tentang hubungan Indonesia-India dalam konteks Indo-Pasifik di Jakarta Futures Forum di Jakarta, Kamis (2/5) malam.
Akademisi di Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa meski istilah “Indo-Pasifik” kembali populer atas andil mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe, istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh filsuf dan ahli geopolitik Jerman Karl Haushofer pada awal abad ke-20.
Istilah yang dibuat Haushofer tersebut pada awalnya justru diciptakan sebagai peringatan kepada blok Barat, yang terdiri dari Amerika Serikat dan Eropa Barat, atas potensi munculnya poros kekuatan global baru dalam bentuk "Indo-Pasifik" yang dapat menjadi lawan seimbang Barat.
Mengingat asal-muasal terciptanya penggolongan Indo-Pasifik tersebut, Shofwan menyerukan supaya negara-negara Indo-Pasifik saat ini bekerja sama secara produktif demi kemajuan kawasan dan memastikan makna “Indo-Pasifik” sesuai dengan kepentingan negara yang tercakup di dalamnya.
Terlebih, tidak sedikit negara-negara Indo-Pasifik yang berada di persilangan dua samudra itu, seperti antara Indonesia dan India, sudah membina hubungan yang terjalin erat sejak berabad-abad lalu.
Ia juga menyoroti ASEAN Outlook on the Indo-Pacific merupakan inisiatif dari negara-negara Asia Tenggara yang berupaya memastikan kemajuan dan kemakmuran bersama di kawasan Indo-Pasifik serta mencegah kawasan tersebut menjadi gelanggang perebutan kuasa antara negara-negara besar di dunia.
“Kita harus memastikan bahwa pemilik sejati istilah ’Indo-Pasifik’, yaitu negara-negara di kawasan tersebut termasuk Indonesia dan India, menjadi pihak yang menentukan nasib Indo-Pasifik,” kata Shofwan, menegaskan.