"Rata-rata kepadatan rak server hari ini sekitar 8 kW sampai 10 kW," kata Paul saat acara "Bincang-Bincang Vertiv dengan awak media" di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis.
Jika server beroperasi 24 jam, artinya total konsumsi daya bisa mencapai 192 kW hingga 240 kW.
Itu yang menjadi tantangan nyata sekarang, menurut Paul, sehingga penting merancang efisiensi dan fleksibilitas desain infrastruktur yang cukup aman untuk kinerja komputasi yang termutakhir.
"Pelanggan kadang ingin 8 kW dapat dengan cepat diperluas ke 50 kW. Tapi mereka juga ingin, karena melihat potensi dari pelanggan mereka, juga ingin dapat diperluas menjadi 150 kW. Jadi dari 8 ke 150 kW, ini infrastrukturnya berbeda," kata Paul.
Menurut Paul, bisa jadi mungkin bila pendinginan udara lokal akan berjalan baik-baik saja untuk server yang berjalan dengan kepadatan daya 8 kW menjadi 30 atau 40 kW.
Tapi dia mengatakan itu terlalu berisiko, karena semua tentang keamanan pusat data mendapat perhatian yang sangat besar dari klien atau pemasok server.
Terlebih, mereka biasanya lebih condong membiarkan layanan tersebut berjalan dengan intervensi manusia yang minim selama server terus hidup (beroperasi).
Oleh karena itu, Vertiv hadir untuk menjawab berbagai tantangan paling penting yang dihadapi pusat data, jaringan komunikasi, dan fasilitas komersial dan industrial saat ini.
Perusahaan membuka kantor PT Vertiv Technology Indonesia di Jakarta untuk merespons meningkatnya permintaan akan solusi infrastruktur digital penting dan berbagai layanan komputasi lainnya di Indonesia.
"Di tengah meningkatnya pengadopsian artificial intelligence (AI) dan aplikasi komputasi berperforma tinggi di kawasan Asia Tenggara, industri pusat data harus bisa memenuhi permintaan kapasitas yang lebih besar. Dengan keahlian Vertiv, terutama dalam solusi daya dan termal, kami mampu menjawab tantangan tersebut. Kami senang sekali mendukung berbagai inisiatif transformasi digital di Indonesia sebagai hub pusat data baru di kawasan ini," kata Paul.