Sigi komitmen laksanaklan program gerakan diversifikasi pangan lokal

id sigi,pangan,lokal, talkshow

Sigi  komitmen laksanaklan program gerakan diversifikasi pangan lokal

Kadis Ketahanan Pangan Sulteng, Ir Abdullah Kawulusan MSi (kanan) dan Sekretaris Daerah Kabupaten Sigi,Muh Basir (kiri) pada acara talkshow program pangan lokal nionberas di Sigi (24/11-2020() (Foto.Antara/Anas Masa)

Sigi,Sulteng (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sigi selama ini sangat komitmen dengan program diversifikasi pangan lokal sebagai salah satu upaya mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai bahan pokok utama di daerah itu.

Karena itu, kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sigi, Muh.Basri pada acara talkshow gerakan diversifikasi pangan lokal sumber karbohidrat nonberas di Desa Maku, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Selasa mengatakan sangat menyambut baik adanya program tersebut.

Sebab memang dari dahulu, kata dia, nenek moyang sudah sangat familiar dengan makanan-makanan pangan lokal yang banyak dikembangkan di wilayah Kabupaten Sigi.

Pangan lokal seperti jagung, ubi jalar, talas, ubi kayu, pisang dan mnasih banyak lagi lainnya, sudah menjadi makanan sehari-hari para leluhur yang ada Sigi.

Itu, sebabnya, sangatlah tepat sekali jika pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian kembali mendorong diversifikasi pangan lokal nonberas yang juga memiliki karbohidrat sama dengan pangan beras.

Hanya saja, pangan lokal nonberas ternyata jika terus dikonsumsi secara baik dan seimbang serta beragam akan sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Salah satunya dapat mencegah penyakit diabetes yang saat ini banyak diderita masyarakat Indonesia, termasuk di Provinsi Sulteng, dan lebih khusus lagi di Kabupaten Sigi.

Karena memang sejak padi C4 digencarkan untuk dikembangkan di Tanah Air, termasuk di Kabupaten Sigi, maka konsumsi pangan lokal menjadi berkurang, sebab kebanyakan makan nasi.

Padahal, kebanyakan mengkonsumsi beras (nasi) menyebabkan munculnya penyakit diabetes. Dan jika seseorang sudah terkena diabetes maka akan sulit untuk disembuhkan secara total.

Oleh karena itu, terkait dengan program diversifikasi pangan lokal nonberas yang dicanangkan Kementerian Pertanian dan di tindak lanjuti oleh provinsi, kabupaten dan kota di Sulteng, maka Pemkab Sigi telah berkomitmen untuk melaksanakan program dimaksud.

Program ini harus sampai ke masyarakat yang ada di pelosok desa. Karenanya perlu pendampingan dan sosialisasi secara berkesinambungan sampai ke desa-desa.

Jika program ini sampai ke desa dabn masyarakat menyambut positif dengan menindaklanjuti,niscaya pangan lokal nonberas akan menjadi makanan kesukaan, bahkan pokok sehari-hari masyarakat seperti pada zaman dahulu.

Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulteng, Abdullah Kawulusan mengatakan bahwa pemerintah pusat berharap program gerakan diversifikasi pangan lokal nonberas dapat dilaksanakan di semua daerah, termasuk di seluruh kabupaten di provinsi ini.

Nah, kita tahu bersama bahwa Kabupaten Sigi sektor andalan dan unggulan adalah pertanian, termasuk pertanian pangan lokal, sebab sejak dahulu sampai sekarang masyarakat masih mengembangkan komoditi-komoditi pangan nonberas.

Namun, karena terjadi bencana alam gempabumi 7,4 SR pada 28 September 2018, memang harus diakui bahwa dampaknya terhadap sektor pertanian cukup besar.anian di Kabupaten Sigi yang terdampak, bahkan sampai sekarang ini belum bisa diolah, sebab selain kondisi tanahnya yang harus dibenahi, juga irigasi rusak total dan sedang dibangun atau diperbaiki kembali oleh Kementerian PUPR.

Otomatis selama dua tahun terakhir ini sektor pertanian masih belum bisa dikelolah secara maksimal karena terkendala ionfranstruktur yakni irigasi,terutama itigasi Gumbasa hancur total diterjang gempa dua tahun lalu.

Namun demikian, Pemkab Sigi terus berupaya untuk membangkitkan semua sektor terdampak bencana gempa di daerah itu,termasuk mendukung penuh program-program dari pemerintah pusat.

Program diversifikasi pabngan lokal sudah diluncurkan secara nasional oleh Menteri Pertanian beberapa bulan lalu melalui live streming. Dan untuk tindak lanjutnya di Sulteng, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi bekerja sama Dinas Ketahanan Kabupaten/Kota melaksanakan kegiatan yang sama agar bisa tersosialisasikan sampai kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Dari pihak Bank Rakyat Indoinesia (BRI) cabang Sigibiromaru, Suypriyono juga menyatakan mendukung program tersebut, hanya saja sangat disayangkan kegiatan ini terbilang terlambat, sebab sudah diakhir tahun anggaran.

Biasanya, kata dia pada akhir-akhir tahun seperti ini, program itu sudah hampir habis.

Seandainya lebih awal melibatkan BRI, mungkin akan lebih menguntungkan, sebab alokasi dana seperti dana KUR (Kredit Usaha Rakyat) diawal-awal tahun masih banyak.

Dan karena kita mengikuti aturan pemerintah, maka yang sangat tepat untuk pengembangan usaha bagi UMKM yang bergerak dalam usaha pangan lokal adalah program dana KUR.

Dia menjelaskan sektor usaha apa saja yang bisa memanfaatkan dana KUR antara lain pertania, pangan, perdagangan dan sektor lainnya. "Ini sangat memungkinkan mendapatkan sentuhan dana KUR," ujarnya.

Menurut dia, yang menjadi masalah sekarang ini, kalau sudah diakhir tahun, biasanya alokasi dana KUR sudah hampir habis disalurkan. "Ya jadi menunggu tahun anggaran berikutnya, jika program KUR masih dilanjutnya oleh pemerintah," ujarnya.

Selama masa pandemi COVID-19, BRI Biromaru, katanya sudah menyalurkan KUR khusus di wilayah Kecamatan Sigibiromaru sebesar Rp11,5 miliar.

Kegiatan talkshow gerakan diversifikasi pangan lokal nonberas di Kabupaten Sigi dipandu oleh Kabid konsumsi dan penganekaragaman pangan pangan Dinas Pangan Provinsi Sulawesi Tengah,Ucik Narwastu Sangkalia.

Turut hadir antara lain Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sigi, Kapolres Sigi,Danramil Donggala, Camat Dolo, Kepala Desa Maku, sejumlah UMKM pangan lokal dan tokoh masyarakat setempat.