Nelayan korban tsunami Tompe Donggala mulai bangkit

id Sirenja, tompe, donggala, nelayan, korban tsunami, gempa palu, sulteng

Nelayan korban tsunami Tompe Donggala mulai bangkit

Sejumlah nelayan Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala sedang memperbaiki jaring sebelum turun melaut, Minggu (20/12/2020). ANTARA/Moh Ridwan

Sirenja, Donggala (ANTARA) -
Nelayan korban gempa dan tsunami Desa Tompe, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah mulai bangkit dan menata kembali mata pencaharian mereka pascabencana alam, 28 September 2018.

Ketua Rumpun Nelayan Kecamatan Sirenja, Aswad, saat ditemui, Desa Tompe, Minggu, mengatakan pascagempa magnitudo 7,4 yang mengguncang Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan sebagian Parigi Moutong (Pasigala), kehidupan nelayan, khususnya Sirenja, terpuruk.

Sebab, kata dia, harta benda mereka hilang dihempas tsunami. Situasi itu lalu memaksa mereka mengubah pekerjaan menjadi tukang dan kuli bangunan karena ada sejumlah proyek pemerintah untuk pembangunan hunian sementara (huntara).

"Dulu kami hanya mengandalkan proyek pembangunan huntara untuk menyambung hidup. Turun melaut tidak bisa, karena tidak ada perahu," kata dia.

Dia menuturkan setelah melalui masa-masa sulit, pemerintah dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat membantu pemulihan ekonomi korban bencana, salah satunya Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (Kiara) yang fokus melakukan pembinaan nelayan dan masyarakat pesisir.

Kehadiran Kiara dalam memfasilitasi nelayan, dilakukan mulai dari tanggap darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Kami sangat bersyukur mendapat bantuan dari sejumlah NGO (Non Government Organizarion). di wilayah Kecamatan Sirenja, kami mendapat bantuan kurang lebih 100 perahu di berikan Kiara, termasuk mesinnya," ujar Aswad.

Yusrin Sampo, nelayan setempat, mengatakan dua tahun pascagempa dan tsunami, nelayan di wilayah itu sudah mulai merasakan hasil tangkapan mereka yang cukup melimpah.

Perahu yang diberikan Kiara, menurut nelayan membantu kegiatan melaut selama pemulihan ekonomi masyarakat pesisir.

"Tiga bulan terakhir hasil tangkap nelayan di sini sudah mulai stabil, sama seperti sebelum bencana. Rata-rata penghasilan per hari nelayan sekitar Rp200 ribu," ucap dia.

Kiara, salah satu LSM yang fokus terhadap masyarakat pesisir dan nelayan di Teluk Palu dan Donggala, sebagai wujud kepedulian terhadap pemulihan ekonomi warga pesisir.

Selama kurun waktu dua tahun terakhir atau sejak 2018-2020, Kiara telah memberikan bantuan 650 perahu di lima titik sasaran, yakni kelompok nelayan Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Lere, Kecamatan Palu Barat, Mamboro, Kecamatan Palu Utara, dan Pantoloan Boya, Kecamatan Tawaeli, serta Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala dengan taksasi anggaran sekitar Rp3 miliar.