Jakarta (ANTARA) -
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD memiliki kenangan dengan Anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Artidjo Alkostar yang tutup usia pada Minggu (28/2).
"Artidjo bagi saya menjadi semacam inspirator untuk penegakan hukum dan demokrasi," kata Mahfud MD dalam siaran persnya di Jakarta, Senin.
Mahfud menceritakan bagaimana dirinya terbantu saat mendapatkan beasiswa di New York, Amerika Serikat, pada November 1980.
"Pada November 1990 saya berangkat ke Amerika Serikat sebagai 'academic researcher' di Columbia University, New York. Tujuan saya ke Amerika adalah untuk menulis disertasi tentang politik hukum di Indonesia," ujarnya.
Selama tinggal Amerika, kata dia, urusannya relatif lebih mudah dan lancar karena dibantu oleh Artidjo Alkostar yang menjemput dan mengatur tempat tinggal dan urusan administrasinya.
Mahfud mengaku Artidjo sudah berada di New York terlebih dahulu lantaran tengah bekerja di Asia Watch yang dipimpin oleh Sydney Jones. Selama di sana, keduanya memiliki acara rutin yang dijalani delapan bulan.
"Kalau hari Jumat kami janjian ketemu di masjid untuk salat Jumat di Islamic Center. Kalau Sabtu kami makan siang di restoran Asia, termasuk restoran India. Jika ke restoran India Mas Artidjo suka memesan nasi briyani," ungkapnya.
Artidjo Alkostar juga menjadi inspirasi bagi Mahfud MD untuk menjadi dosen.
"Saya terinspirasi ingin menjadi dosen dan pejuang yang keren seperti Mas Artidjo. Maka itu, begitu lulus dari FH-UII saya langsung mendaftar sebagai dosen, saya tidak pergi ke Jakarta untuk mencoba mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomis. Saya mantap ikut jejak Mas Artidjo," kata Mahfud.
Hubungan keduanya pun terus berjalan baik dari tahun ke tahun.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengungkapkan terakhir bertemu dengan mendiang Artidjo pada 18 Agustus 2020.
Sehari sebelumnya, ia memperoleh kabar dari murid Artidjo, Ari Yusuf Amir dan Sugito kalau yang Artidjo tengah sakit. Artidjo didiagnosis memiliki masalah pada jantung dan paru-parunya.
Namun, Artidjo enggan menjalani perawatan di rumah sakit meskipun sangat direkomendasikan oleh dokter.
Oleh karena itu, Mahfud meminta bantuan kepada dr Terawan Agus Putranto yang kala itu menjabat Menteri Kesehatan untuk mengirim dokter serta perawat ke apartemen almarhum.
"Menkes (Terawan) mengirim dokter dan perawat ke apatemen Mas Artidjo pada tanggal 18 Agustus 2020 itu dan saya ikut menemuinya di sana," ucapnya.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian juga turut mengirimkan adiknya yang berprofesi sebagai dokter ahli jantung untuk merawat kesehatan Artidjo.
"Namun, Hari Minggu, 28 Februari 2021, ternyata Mas Artidjo pergi untuk selamanya. Dia menghadap Allah dengan damai," kata Mahfud.
Almarhum Artidjo dimakamkan di Kompleks Pemakaman Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.