Menkeu dorong sektor keuangan pulihkan fungsi perantaranya

id sri mulyani,sektor keuangan,fungsi intermediasi keuangan,pertumbuhan kredit,simpanan nasabah

Menkeu dorong sektor keuangan pulihkan fungsi perantaranya

Tangkapan layar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam diskusi daring Literasi Keuangan Indonesia Terdepan di Jakarta, Selasa (3/8/2021). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mendorong sektor keuangan untuk memulihkan fungsi intermediary atau perantaranya karena akan sangat menentukan arah dan tujuan kemajuan sebuah negara.

“Kita berharap sektor keuangan secara bertahap mengembalikan fungsi intermediary karena itu menentukan kemajuan suatu negara,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam diskusi daring Literasi Keuangan Indonesia Terdepan di Jakarta, Selasa.

Sri Mulyani menyatakan negara dengan sektor keuangan yang memiliki fungsi perantara sangat efisien, dalam, dan stabil, dapat mendorong pembangunan.

Tak hanya itu, lanjut dia, sektor keuangan dengan fungsi perantara yang baik juga mendukung terciptanya berbagai inovasi, produktivitas, dan kreasi, sehingga ekonomi negara menjadi maju kompetitif, dan produktif.

Sri Mulyani menjelaskan pandemi telah mendisrupsi berbagai hal, termasuk sektor keuangan, yakni banyak masyarakat melakukan penyimpanan dana terutama yang tabungannya di atas Rp100 juta.

Penyimpanan dana oleh masyarakat dengan tabungan di atas Rp100 juta meningkat lebih banyak dibandingkan masyarakat dengan tabungan di bawah Rp100 juta yang terus menurun.

Hal ini diwaspadai oleh pemerintah karena mencerminkan masyarakat cenderung menyimpan dananya dan tidak membelanjakannya sehingga akan mempengaruhi sektor konsumsi yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Selain itu disrupsi turut tercermin dengan adanya lebih dari 70 persen sektor keuangan didominasi perbankan yang tidak menyalurkan kreditnya karena melakukan restrukturisasi kepada hampir seluruh nasabah.

Menurut Sri Mulyani, hal ini berarti pertumbuhan kredit menjadi negatif sehingga akan sangat sulit untuk memulihkan ekonomi sebelum sektor keuangan juga memulihkan pertumbuhan kredit tersebut.

Ia menegaskan pemulihan ekonomi tidak cukup hanya mengandalkan stimulus dari pemerintah, sehingga diharapkan sektor keuangan segera mengembalikan fungsi intermediary terutama dari sisi kredit channeling.

Ia menekankan sektor keuangan harus mengambil kesempatan yang tercipta di tengah krisis pandemi seperti memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk mendorong inklusivitas sekaligus penetrasinya terhadap masyarakat.

Ia menjelaskan sektor keuangan Indonesia perlu untuk ditingkatkan kedalaman dan stabilitasnya karena masih termasuk yang paling rendah di antara negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, serta Fillipina.

Sri Mulyani menyebutkan Indonesia dalam regional ASEAN baik dari sisi indikator aset sektor keuangan, aset perbankan, kapitalisasi pasar modal, aset industri asuransi, maupun aset dana pensiun dalam rasio terhadap PDB masih yang paling rendah.

Meski demikian ia mengatakan capital market sudah mulai bangkit karena banyak yang melakukan Initial Public Offering (IPO) dan diharapkan menjadi tren yang semakin meningkat.

Di sisi lain, size dan kontribusi dari capital market di Indonesia masih belum sebesar sektor perbankan maka kebangkitannya belum mampu mendorong pemulihan secara signifikan.

“Ini harus kita sikapi berarti kita perlu dan masih memiliki pekerjaan rumah untuk memperdalam sektor keuangan,” ujar Sri Mulyani.