Pemuda Palu kelola sampah plastik jadi produk bernilai ekonomi

id sampah plastik,ipank,pelestarian sampah,pengelolaan sampah plastik,barang bernilai ekonomi

Pemuda Palu kelola sampah plastik  jadi produk bernilai ekonomi

Sampah plastik yang telah diolah dimasukan ke dalam peti kemas/kontainer untuk dikirim ke Surabaya dari Kota Palu. (ANTARA/HO-Muhammad Irfansyah)

Palu (ANTARA) - Salah seorang pemuda di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Muhammad Irfansyah mengelola sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi, sebagai upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.

"Tahun 2019 saya memulai membangun usaha pengelolaan sampah," kata Irfansyah, ditemui di Palu, Jumat, terkait dengan pengembangan usaha ekonomi berbasis sampah.

Ipank, sapaan akrab Muhammad Irfansyah dmulai membangun usaha pengelolaan sampah secara mandiri pada tahun 2019 di Kelurahan Kawatuna, Kota Palu, tepatnya di lokasi pembuangan akhir sampah.

Saat itu, ia hanya memiliki satu mesin crusher yang berfungsi menghancurkan plastik seperti botol kemasan air mineral menjadi bijih plastik.

"Usaha ini saya bangun pakai modal sendiri, tanpa ada bantuan dari pemerintah," kata Ipank.

Saat itu, ujar dia, ia dibantu oleh empat rekannya untuk mengelola sampah di TPA tersebut. Sampah plastik yang mereka kumpul kemudian dipilah berdasarkan warna, lalu dihancurkan menggunakan mesin crusher menjadi bijih plastik.

Setelah itu, bijih plastik dikemas dan dipress untuk selanjutnya dipasarkan ke Surabaya.

"Alhamdulillah saat itu kami sudah memiliki koneksi pasar ke Surabaya, jadi sampah plastik yang telah kami olah menjadi bijih plastik, dikirim menggunakan peti kemas ke Surabaya," ujar dia.

Ia mengatakan bahwa dalam sebulan pengiriman bijih plastik yang telah dikemas mencapai 10 ton dengan harga sebesar Rp13.500/kilo gram.

Usaha yang dikelolanya itu masih eksis hingga saat ini, namun lokasinya telah berpindah dari Kelurahan Kawatuna ke Kelurahan Silae.

"Saya sudah pindahkan, karena pengelolaan sampah plastik menjadi bijih membutuhkan air yang banyak. Sementara di Kawatuna kami mengalami keterbatasan air," ungkap dia.

Berkat usaha itu, saat ini Muhammad Irfansyah telah mendirikan satu perusahaan bernama CV Yakin Global Mandiri, yang telah merekrut karyawan administrasi perkantoran dan karyawan lapangan. Ia juga melengkapasi sarana penunjang pengelolaan sampah plastik.

"Untuk karyawan lapangan ada empat orang yang bertugas memilah sampah, mereka kami beri upah sebesar Rp2,5 juta/bulan," katanya.

Melalui CV Yakin Global Mandiri itu, sebut dia, pihaknya membentuk 22 kios sampah yang tersebar di 22 kelurahan di Kota Palu. Dari kios sampah inilah kemudian CV Yakin Global memperoleh sampah, yang dalam sehari mencapai 500 kilo sampah plastik.

"Sampah plastik ini kami beli seharga Rp2.000/kilo, jadi dalam sehari kami mengeluarkan biaya senilai Rp1 juta untuk 500 kilo sampah plastik," ungkapnya.

"Sampai saat ini pemasarannya masih tetap ke Surabaya, Alhamdulillah kami rutin mengirim bijih plastik sebanyak 10 ton/bulan," ungkap dia lagi.

Ia menambahkan, usaha yang dibangunnya itu selain sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi, juga untuk pelestarian lingkungan serta mendukung program pemerintah untuk pengurangan sampah plastik.
Proses pemadatan/press sampah plastik untuk dikirim ke Surabaya dari Kota Palu. (ANTARA/HO-Muhammad Irfansyah)