Jakarta (ANTARA) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menekankan perlunya upaya masif dan radikal untuk mengatasi perubahan iklim.
Pernyataan itu dia sampaikan ketika memimpin delegasi Indonesia dalam sesi pertama KTT G20 di New Delhi, India, Sabtu (9/9), yang mengangkat topik "One Earth" .
"Bapak Presiden menyampaikan perlunya upaya masif dan radikal untuk mengatasi perubahan iklim," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi terkait kunjungan Presiden Jokowi ke India dalam rangka menghadiri KTT G20, sebagaimana siaran pers yang diperoleh di Jakarta, Minggu.
Menlu Retno mengatakan bahwa untuk mengatasi perubahan iklim, Presiden Jokowi menekankan dua pendekatan, yang pertama adalah percepatan transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Presiden menilai komitmen negara maju masih sebatas retorika dan di atas kertas, baik untuk pendanaan iklim sebesar 100 milyar dolar AS (sekitar Rp1,53 kuadriliun) per tahun, maupun fasilitas pendanaan kerugian dan kerusakan.
Untuk itu Indonesia mendesak pentingnya alih teknologi untuk investasi hijau. Sementara itu, pendekatan lainnya adalah mengenai pentingnya pendanaan inovatif.
Presiden mengatakan sinergi pemerintah dan swasta akan menjadi penentu perubahan seperti G20 Bali Global Blended Finance Alliance. Sementara, Just Energy Transition Partnership (JETP) juga dinilai perlu diperluas dan diperbesar.
Presiden juga mengatakan Reformasi Bank Pembangunan Multilateral harus dilakukan dan harus merepresentasikan negara anggotanya, termasuk kepentingan negara-negara berkembang.
Di dalam sesi pertama tersebut, Presiden juga menyampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan Indonesia pada 2022 untuk mengatasi perubahan iklim, antara lain menekan laju deforestasi hingga 104 ribu hektare (ha), melakukan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 77 ribu ha, dan melakukan restorasi mangrove seluas 34 ribu ha.