Jakarta (ANTARA) - Retinopati diabetik umumnya bisa terjadi pada penyandang diabetes yang tidak mengelola kondisinya dengan baik dan memiliki penyakit penyerta lainnya seperti kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan kerap mengalami hiperglikemia, kata dokter spesialis mata dr Sesaria Rizky Kumalasari, Sp. M.
Menurut Sesaria, mulanya retinopati diabetik tidak menimbulkan gejala yang berarti dan sejumlah gejala seperti penglihatan kabur, bintik-bintik mengapung, perubahan penglihatan warna, hingga kehilangan penglihatan baru akan dirasakan ketika retinopati diabetik berada pada tahap yang lebih parah.
"Karenanya, pemeriksaan foto fundus mata setiap tahun penting dilakukan oleh penyandang diabetes untuk mengidentifikasi retinopati diabetik di tahap awal,” kata dia yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah itu melalui keterangan tertulisnya, Senin (4/12).
Retinopati diabetik merupakan penyakit komplikasi yang bisa dialami penyandang diabetes tipe 1 maupun 2 disebabkan pembuluh darah yang terganggu di retina mata akibat kadar gula darah tinggi.
Oleh karena itu, demi terhindar atau mencegah komplikasi termasuk retinopati diabetik, pasien diabetes disarankan melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh secara rutin seperti kadar gula darah, fungsi ginjal dan pemantauan kondisi kaki. Untuk kaki, pasien bisa menjalani pemeriksaan USG Doppler apabila terasa nyeri pada kaki, demi mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut atau penyakit kaki diabetes yang dapat berujung pada amputasi.
Selain itu, mereka juga harus melakukan terapi pengobatan dan tetap beraktivitas fisik serta berolahraga ringan dengan pengawasan dokter. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan orang sehat berusia 18-64 tahun untuk melakukan aktivitas fisik dengan durasi 150 menit per minggu. Hal ini juga berlaku bagi para penyandang diabetes.
Pakar kedokteran olahraga dr Grace Joselini Corlesa, Sp. K.O melalui keterangan tertulis yang sama mengatakan olahraga dapat membantu mengontrol berat badan, mencegah seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dan membantu mengelola kadar gula darah dalam tubuh.
"Ketika berolahraga, otot memerlukan lebih banyak glukosa sebagai sumber energi. Hal ini mampu membantu mengurangi kadar gula darah yang tinggi dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin," kata dia yang berpraktik di Sport Medicine Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Grace menambahkan, olahraga juga dapat mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan suasana hati yang juga memiliki efek positif terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Tetapi, meski memiliki segudang manfaat, penyandang diabetes tetap harus memerhatikan beberapa hal dalam berolahraga sehingga sangat direkomendasikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum berolahraga.
Di sisi lain, pasien perlu memastikan kadar gula darah tetap normal selama berolahraga, melakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelah berolahraga, serta memastikan asupan cairan cukup dan tidak memaksakan diri atau berhenti apabila sudah terlalu lelah.
Berita Terkait
Misteri laut dalam: Sumber oksigen Bumi yang tak diketahui ditemukan
Rabu, 24 Juli 2024 14:24 Wib
BRIN: Kebutuhan air di Jakarta tak sebanding dengan ketersediaannya
Selasa, 23 Juli 2024 13:16 Wib
PDIP tak terpengaruh pernyataan KIM lawan Anies di Pilkada Jakarta
Selasa, 23 Juli 2024 13:06 Wib
Tak ada yang terbuang dari kelapa di Desa Trenten Jawa Tengah
Minggu, 21 Juli 2024 8:05 Wib
Harga daging sapi di Kabupaten Sigi tak terpengaruh isu wabah antraks
Jumat, 19 Juli 2024 15:21 Wib
Film "Tak Kenal Maka Taaruf" rilis poster eksklusif perdana
Rabu, 17 Juli 2024 9:19 Wib
Dani Olmo tak pedulikan siapa calon lawan Spanyol di final
Rabu, 10 Juli 2024 8:26 Wib
Kaos impor harga Rp50 ribu diduga tak betul cara masuknya
Selasa, 9 Juli 2024 8:02 Wib