Kerja sama kejuruan industri Indonesia-Singapura cetak tenaga kerja kompeten

id jokowi

Kerja sama kejuruan industri Indonesia-Singapura cetak tenaga kerja kompeten

residen Joko Widodo dan PM Singapura, Lee Hsien Loong, menyaksikan penandatanganan MoU tentang Kerja Sama Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Industri oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, dan Menteri Pendidikan (Pendidikan Tinggi dan Keterampilan), Ong Ye Kung, mewakili pemerin

Jakarta (antarasulteng.com) - Kerja sama pendidikan kejuruan industri antara Indonesia dan Singapura diharapkan mampu mencerak tenaga kerja yang kompeten.

 

“Kerja sama ini diharapkan dapat mendukung penyediaan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini melalui program link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri,” kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.


Diketahui, Kementerian Perindustrian bersama Kementerian Pendidikan (Pendidikan Tinggi dan Keterampilan) Singapura sepakat aalingsmenguatkan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi industri. 


Langkah sinergi ini diyakini akan mampu meningkatkan perekonomian kedua negara.

 

Komitmen bilateral tersebut diimplementasikan dalam penandatanganan MoU tentang Kerja Sama Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Industri. Dari Indonesia, diwakili Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, sementara Singapura diwakili Menteri Pendidikan (Pendidikan Tinggi dan Keterampilan), Ong Ye Kung.

 

Penandatanganan MoU disaksikan langsung Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, di Singapura, Kamis (7/9). Kegiatan ini dalam rangkaian acara Leader’s Retreat sekaligus peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Singapura.


Menurut Airlangga, ruang lingkup MoU itu antara lain meliputi pelatihan untuk tenaga pengajar dan pengelola unit pendidikan dan pelatihan kejuruan industri, serta pengembangan kualitas sistem pendidikan vokasi.


Kemudian, penyediaan akses dan kesempatan bagi peserta pemagangan industri untuk tenaga pengajar dan siswa, kerja sama pengembangan kurikulum, pengembangan teknologi dan bantuan tenaga ahli serta pengembangan standar kualifikasi.

 

“Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan training untuk tenaga pengajar dan pengelola unit pendidikan dan pelatihan vokasi industri sebanyak 100 orang pada 2018,” ujarnya. 


Dalam penerapannya akan dikerjakan bersama oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Industri Kemenperin dan Institute of Technical Education (ITE) di Singapura.

 

Adapun pelatihan yang dimaksud, lanjut Airlangga, untuk peningkatan kompetensi teknis terutama penciptaan guru-guru produktif SMK di tiga bidang studi, yaitu Teknik Mesin, Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik dan Teknik Otomasi Industri. 


“Program pelatihan ini juga diarahkan untuk pengembangan bagi pimpinan dan manajemen unit pendidikan vokasi,” imbuhnya.

 

Sebelumnya, Bruce Poh yang ketika itu menjabat CEO ITE dan bertemu Menperin pada Maret lalu, menyambut positif rencana kolaborasi ini karena institusinya memberikan jasa konsultasi khususnya mengenai program pendidikan vokasi.


“Kerja sama antara industri dan pendidikan merupakan peluang besar dan hal tersebut menjadi tujuan dari pelatihan yang kami berikan,” ujarnya. 


Lembaga tersebut juga memiliki ITE Education Services yang bertindak sebagai konsultan mengenai Technical Vocational Education and Training (TVET).

 

ITE juga diharapkan membuat fasilitas pendidikan vokasi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. 


Kawasan ini merupakan proyek patungan perusahaan Singapura, Sembcorp Development Ltd dengan perusahaan lokal, PT Jababeka Tbk. Fasilitas yang diberikan terutama penyediaan pengajar untuk mewujudkan prototipe ITE di Indonesia. (skd)