Ini Profil Nadiem Makarim

id Nadiem Makarim,Gojek

Ini Profil Nadiem Makarim

Pendiri moda transportasi daring Gojek, Nadiem Makarim, ditemui di halaman Istana Negara Jakarta pada Senin (21/10/2019). (ANTARA/Bayu Prasetyo)

Semuanya merujuk dari visi misi Pak Presiden. Ini merupakan kehormatan luar biasa bagi saya dan semoga didukung ke depannya, terima kasih
Jakarta (ANTARA) - Nadiem Makarim bertemu Presiden Joko Widodo selama kurang lebih 40 menit di Istana Kepresidenan pada Senin pagi, untuk berbincang terkait visi dan misi presiden yang ingin mengembangkan SDM, mereformasi birokrasi dan meningkatkan investasi.

Nadiem juga menyatakan tidak sabar bergabung di dalam Kabinet Kerja guna melahirkan inovasi baru bagi negara.

"Semuanya merujuk dari visi misi Pak Presiden. Ini merupakan kehormatan luar biasa bagi saya dan semoga didukung ke depannya, terima kasih," ungkap Nadiem usai meninggalkan Istana Presdien pada Senin siang.

Nadiem lahir di Singapura pada 4 Juli 1984. Putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Alqadrie itu menempuh pendidikan strata satu Hubungan Internasional Brown University.

Nadiem menyelesaikan empat tahun pendidikannya di universitas yang berada di Inggris pada 2006, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Harvard Business School, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat pada 2009.

Nadiem mengantongi predikat sebagai Master of Business Administration (MBA) pada 2011. Pada tahun yang sama Nadiem merintis perusahaan yang diberi nama Gojek.

Namun, sebelum sepenuhnya fokus pada Gojek, pada November 2011, Nadiem pernah bekerja untuk Zalora Indonesia sebagai Managing Director selama 10 bulan.

Delapan bulan lepas dari Zalora Indonesia, Nadiem bergabung dengan startup penyedia layanan pembayaran non-tunai, Kartuku, menduduki posisi Chief Innovation Officer.

Pada saat itu Nadiem bertugas dalam mengatur strategi produk, melakukan analisis kesiapan pasar dan menjalin kemitraan strategis dengan para pengecer.

Nadiem kemudian mundur dari Kartuku pada Maret 2014. Dia memilih fokus mengembangkan Gojek hingga akhirnya startup yang saat itu dikenal dengan aplikasi pemesanan ojek online tersebut resmi meluncur pada Januari 2015.
 
Pendiri dan CEO Gojek Nadiem Makarim melambaikan tangannya saat berjalan memasuki Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019). Menurut rencana, Presiden Joko Widodo akan memperkenalkan jajaran kabinet barunya hari ini usai dilantik Minggu (20/10/2019) kemarin untuk masa jabatan keduanya bersama Wapres Ma'ruf Amin periode tahun 2019-2024. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.



Gojek mendunia

"Ini (Gojek) konsep yang sangat spesial untuk Indonesia karena penggunaanya yang unik. Ojek merupakan salah satu moda transportasi terbesar di Indonesia, dan Gojek hadir untuk memberikan nilai lebih kepada pengguna," kata Nadiem saat menjadi pembicara di salah satu sesi dalam gelaran teknologi, di Jakarta pada awal Oktober 2015.

"Gojek menjadi solusi dari berbagai layanan di Indonesia, seperti logistik, transportasi, kemacetan, apapun itu, dan di sini saya melihat itu, oke mari kita pecahkan masalah itu," lanjut dia.

Gojek saat itu seakan-akan menjadi pioner tumbuhnya layanan-layanan serupa di Indonesia, khususnya Jakarta. Sama-sama berwarna hijau, GrabBike resmi meluncur di jalanan ibukota pada Mei 2015.

Serupa dengan Gojek dan Grabbike, tahun itu pengguna ditawarkan pilihan lain dengan hadirnya aplikasi layanan jenis angkutan kendaraan motor ojek, Blu-Jek, yang diluncurkan pada September 2015.

Bagai jamur di musim hujan, layanan ojek online terus tumbuh. Layanan ojek online khusus wanita, yang difasilitasi oleh PT Synergy Multi Solution bernama LadyJek hadir di Jabodetabek mulai 1 Oktober 2015.

Tidak hanya dalam hal transportasi, pada saat diluncurkan, aplikasi Gojek sendiri dapat digunakan untuk layanan kurir (Instant Courier) dan berbelanja (Shopping). Pada akhir Oktober 2015, Gojek juga memperkenalkan inovasi-inovasi terbarunya yaitu Go-Clean, Go-Massage dan Go-Glam.

Gojek berhasil menunjukkan eksistensinya saat perusahaan yang bernaung di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa itu menjadi startup asal Indonesia pertama yang mendapat gelar unicorn pada Agustus 2016.

Unicorn merupakan gelar yang diberikan pada suatu startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS.

Gojek pun sudah melebarkan sayapnya ke luar Indonesia, seperti Singapura pada Mei 2018, Vietnam (dengan nama Go-Viet) pada September 2018, dan Thailand (dengan nama Get!) pada Februari 2019.

Mundur dari Gojek

Berkat keberhasilannya merintis Gojek, Nadiem meraih penghargaan “Nikkei Asia Prize Ke-24" untuk inovasi ekonomi dan bisnis di Tokyo, Jepang, Mei 2018.

Nikkei Asia Prize diberikan oleh Nikkei Inc sejak 1996 untuk para individu maupun organisasi yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi pengembangan kawasan dan membantu menciptakan masa depan lebih baik bagi masyarakat Asia.

Nadiem menjadi tokoh teknologi penerima penghargaan termuda se-Asia di sepanjang sejarah Nikkei Asia Prize sekaligus menjadi anak bangsa pertama yang meraih penghargaan bergengsi pada kategori ini.

Kini, Gojek telah menyandang gelar decacorn yang merupakan istilah bagi startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari 10 miliar dolar AS.

Usai pertemuan dengan Presiden Joko Widodo pagi ini, Nadiem menyatakan bahwa dirinya telah mundur dari Gojek.

"Saya di Gojek sudah mundur dan tidak ada kewenangan sama sekali," kata Nadiem.

Gojek mengkonfirmasi mundurnya Nadiem Makarim dari posisi apapun di startup yang didirikannya itu dengan mengumumkan pemimpin baru.

"Ke depan, Gojek akan menghadirkan pemimpin baru. Andre Soelistyo, Presiden Gojek Grup dan Kevin Aluwi, co-founder Gojek akan berbagi tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan sebagai co-CEO, dengan fokus membawa perusahaan ke tahap selanjutnya," ujar Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita.

Namun, Nadiem belum mau mengatakan posisi yang akan dijabatnya dalam Kabinet Jokowi Jilid 2. Meski demikian, soal inovasi, Nadiem mengatakan telah banyak rencana yang akan dilakukan untuk Indonesia.

"Sudah pasti banyak sekali yang ingin saya lakukan untuk negara ini," ujar Nadiem.