Kemenkes kolaborasi untuk tanamkan PHBS pada anak sekolah dan santri
Strategi promosi kesehatan sekolah ada tiga. Pertama, mengadvokasi. Jadi nanti teman-teman di puskesmas, dinas kesehatan mengadvokasi ke stakeholder, komite sekolah. Kedua, bermitra. Kami berterima kasih pada Unilever Foundation sudah bermitra. Lalu
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, serta pihak swasta dan LSM menjalankan program penanaman perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada para siswa sekolah dan pondok pesantren, walau saat ini lembaga pendidikan masih menerapkan proses pembelajaran jarak jauh di masa adaptasi kebiasaan baru.
Kasubdit Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan, Direktorat Promkes, Kementerian Kesehatan, Bambang Purwanto Cadrana mengatakan, kolaborasi itu sebenarnya menjadi bagian strategi Kemenkes dalam mempromosikan kesehatan di sekolah. Salah satu tujuannya, agar warga sekolah tahu, mau dan mampu menerapkan PHBS.
"Strategi promosi kesehatan sekolah ada tiga. Pertama, mengadvokasi. Jadi nanti teman-teman di puskesmas, dinas kesehatan mengadvokasi ke stakeholder, komite sekolah. Kedua, bermitra. Kami berterima kasih pada Unilever Foundation sudah bermitra. Lalu pemberdayaan masyarakatnya supaya PHBS di sekolah itu langgeng," ujar dia dalam konferensi pers virtual “Program Sekolah dan Pesantren Sehat di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”, Kamis.
Lebih lanjut, Head of Corporate Affair & Sustainability Unilever Indonesia, Nurdiana Darus mengungkapkan para pemangku kepentingan, terutama pimpinan dan pengajar melalui Training of Trainers (ToT) dilibatkan melalui "Program Sekolah dan Pesantren Sehat" yang tahun ini pelaksanaannnya dilakukan secara daring ini.
Mereka didorong untuk membina dan mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pesantren Sehat menuju better hygiene, better nutrition, dan better environment.
Para dokter kecil, duta santri juga diikutsertakan sehingga dapat menyebarluaskan edukasi pada teman-temannya. Selain mereka, orangtua juga dirangkul agar anak-anak mendapat support system yang lengkap untuk mendampingi mereka di era adaptasi kebiasaan baru.
"Kami didukung teman-teman LSM lokal untuk menjangkau pemangku kepentingan, terutama pada pimpinan dan guru di sekolah, juga pesantren melalui trainning of trainer (ToT). Mereka didorong untuk membina usaha kesehatan sekolah (UKS) guna mencapai better hyiegene, better nutrition dan better environment," kata dia.
Pemberian informasi dan pelatihan dilakukan secara online didukung dengan modul pembelajaran yang menarik bagi anak serta pendampingan bagi para pengajar.
Di sisi lain, pakar kesehatan anak dr. Mesty Ariotedjo menyambut positif kolaborasi tiga kementerian bersama pihak swasta dan LSM dalam mendukung kesehatan anak di sekolah sekaligus menekan laju penularan COVID-19 pada anak.
"Ini tanggung jawab bersama bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah tetapi juga orangtua dan seluruh masyarakat. Karena untuk menekan pandemi ini membutuhkan kerja sama semua orang untuk menjaga kedisiplinan dalam protokol kesehatan," tutur dia.
Kasubdit Potensi Sumber Daya Promosi Kesehatan, Direktorat Promkes, Kementerian Kesehatan, Bambang Purwanto Cadrana mengatakan, kolaborasi itu sebenarnya menjadi bagian strategi Kemenkes dalam mempromosikan kesehatan di sekolah. Salah satu tujuannya, agar warga sekolah tahu, mau dan mampu menerapkan PHBS.
"Strategi promosi kesehatan sekolah ada tiga. Pertama, mengadvokasi. Jadi nanti teman-teman di puskesmas, dinas kesehatan mengadvokasi ke stakeholder, komite sekolah. Kedua, bermitra. Kami berterima kasih pada Unilever Foundation sudah bermitra. Lalu pemberdayaan masyarakatnya supaya PHBS di sekolah itu langgeng," ujar dia dalam konferensi pers virtual “Program Sekolah dan Pesantren Sehat di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”, Kamis.
Lebih lanjut, Head of Corporate Affair & Sustainability Unilever Indonesia, Nurdiana Darus mengungkapkan para pemangku kepentingan, terutama pimpinan dan pengajar melalui Training of Trainers (ToT) dilibatkan melalui "Program Sekolah dan Pesantren Sehat" yang tahun ini pelaksanaannnya dilakukan secara daring ini.
Mereka didorong untuk membina dan mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pesantren Sehat menuju better hygiene, better nutrition, dan better environment.
Para dokter kecil, duta santri juga diikutsertakan sehingga dapat menyebarluaskan edukasi pada teman-temannya. Selain mereka, orangtua juga dirangkul agar anak-anak mendapat support system yang lengkap untuk mendampingi mereka di era adaptasi kebiasaan baru.
"Kami didukung teman-teman LSM lokal untuk menjangkau pemangku kepentingan, terutama pada pimpinan dan guru di sekolah, juga pesantren melalui trainning of trainer (ToT). Mereka didorong untuk membina usaha kesehatan sekolah (UKS) guna mencapai better hyiegene, better nutrition dan better environment," kata dia.
Pemberian informasi dan pelatihan dilakukan secara online didukung dengan modul pembelajaran yang menarik bagi anak serta pendampingan bagi para pengajar.
Di sisi lain, pakar kesehatan anak dr. Mesty Ariotedjo menyambut positif kolaborasi tiga kementerian bersama pihak swasta dan LSM dalam mendukung kesehatan anak di sekolah sekaligus menekan laju penularan COVID-19 pada anak.
"Ini tanggung jawab bersama bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah tetapi juga orangtua dan seluruh masyarakat. Karena untuk menekan pandemi ini membutuhkan kerja sama semua orang untuk menjaga kedisiplinan dalam protokol kesehatan," tutur dia.