Donggala, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, memperkenalkan budidaya perikanan metode bioflok kepada warga di daerah tersebut dalam rangka menunjang pendapatan warga pascabencana gempa dan tsunami 28 September 2018.
"Pengenalan metode bioflok dalam budidaya sektor perikanan merupakan salah satu program prioritas yang selaras dengan RPJMD," ucap Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Donggala Ali Assagaf dalam sosialisasi bioflok yang digelar Dinas Perikanan di Desa Lero Tatari, kecamatan Sindue, Minggu.
Ali Assagaf mengemukakan lewat metode itu, budidaya sektor perikanan hanya akan memakan waktu paling lama tiga bulan, setelah itu para pembudidaya dapat memanen hasil.
Saat ini, sebut dia, metode bioflok mulai diterapkan dalam budidaya ikan nila yang terletak di Desa Tatari, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala. Dalam impelentasinya melibatkan masyarakat penyintas gempa dan likuefaksi yang mengungsi di wilayah tersebut.
Di Desa itu, urai dia, Pemkab Donggala bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan membangun 20 kolam budidaya ikan nila dengan metode bioflok. Pembangunan 20 kolam ikan itu telah dimulai sejak tahun 2020.
Dinas Perikanan Donggala menilai dengan budidaya sistem bioflok penggunaan pakan lebih efisien, produktifitas tinggi, hemat air dan ramah lingkungan.
Sementara ikan nila dipilih untuk dibudidayakan karena ikan ini mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan merupakan ikan pemakan fitoplankton, zooplankton dan detritus.
Saat ini masyarakat penyintas di lokasi pengungsian di wilayah itu, mulai menikmati hasil dengan memanen ikan nila yang dibudidayakan dengan metode bioflok. Hasil panen pada satu kolam dapat mencapai 1.000 ikan dengan berat 200 kilo gram dalam jangka waktu tiga bulan.
"Jadi, warga penyintas gempa dan tsunami yang berada di hunian sementara di Desa Tatari, diberdayakan lewat program pemerintah dalam pengembangan sektor perikanan dengan metode bioflok," ujarnya.
Hal ini, kata dia, untuk menopang pendapatan masyarakat penyintas gempa dan tsunami, sekaligus membangun kemandirian masyarakat penyintas serta pemenuhan kebutuhan makanan masyarakat penyintas di lokasi pengungsian.
"Program ini merupakan tindaklanjut dari visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Donggala yakni mewujudkan masyarakat yang maju, sejahtera dan berdaya saing berbasis kearifan lokal," sebutnya.
Ali Assagaf menambahkan, budidaya perikanan metode bioflok menjadi satu alternatif pemberdayaan masyarakat penyintas gempa dan tsunami. Karena, gempa dan tsunami yang melanda Donggala pada 28 September 2018 silam telah berdampak pada kehilangan sumber mata pencaharian.
"Kita tau masyarakat di wilayah Kecamatan Sindue sebagian besar adalah nelayan, yang pascabencana mereka kehilangan sumber mata pencaharian. Oleh karena itu, bioflok menjadi alternatif bagi mereka," kata Ali Assagaf.
Sosialisasi bioflok, juga dirangkaikan dengan panen perdana ikan nila yang dibudidayakan dengan metode bioflok, serta pemberian bantuan bibit sebanyak 10.000 ekor ikan nila kepada Kelompok Tangguh Desa Tatari.