Palu (ANTARA) -
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menggenjot pertanaman jagung sebagai upaya mendukung peningkatan nilai ekspor komoditas tersebut serta mendukung untuk kebutuhan pangan nasional.
"Potensi lahan untuk tanaman jagung di daerah ini kurang lebih 70 ribu hektare tersebar di 13 kabupaten/kota," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sulteng Nelson Metubun dihubungi di Palu, Rabu.
Ia menjelaskan, jagung salah satu komoditas andalan pada sub sektor tanaman pangan di Sulteng, selain padi. Guna mendorong percepatan peningkatan produksi menyasar pasar ekspor, maka pemerintah setempat melakukan intervensi program.
Intervensi program tersebut dilakukan yakni melalui bantuan benih jagung varietas hibrida dan komposit yang dinilai cocok dikembangkan di daerah setempat.
"Jagung salah satu tanaman yang tidak terlalu membutuhkan air dalam jumlah banyak, sehingga dapat ditanam di lahan tidur maupun lahan bukaan baru di bawah tegakan pohon, maupun lahan diposisi kemiringan," ujar Nelson.
Ia memaparkan, tahun 2021 Pemprov Sulteng mengalokasikan 296 ton lebih benih jagung untuk musim tanam April-September (Asep) 2021 dan Oktober-Maret (Okmar) 2022.
Guna meningkatkan nilai ekspor komoditas tertentu, perlu keterlibatan lintas sektoral sesuai bidang dan peran masing-masing.
"Jagung Kabupaten Tojo Una-una sudah menembus pasar ekspor dengan negara sasaran Filipina. Menembus pasar global tentu tidak terlepas dari perah para pihak, yang mana pengiriman ke luar negeri tahun 2020 sebanyak 6.1000 ton dengan nilai ekspor Rp22 miliar," tutur Nelson.
Menurut Dinas TPH, produksi jagung pipilan kering Sulteng 2021 sebanyak 102.791 ton, tahun ini diupayakan meningkat lebih lain supaya cakupan menjaga ketahanan pangan terpenuhi, dan jumlah ekspor meningkat.
"Sebagai mana arah kebijakan Pemerintah Pusat, bahwa Sulteng masuk sebagai sebagai salah satu daerah kawasan pangan nusantara dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional," demikian Nelson.