Bappenas: Konsep ekonomi biru bukan hal baru tapi direvitalisasi

id Bappenas,Blue Economy,ASEAN Blue Economy Forum 2023,Ekonomi Biru

Bappenas: Konsep ekonomi biru bukan hal baru tapi direvitalisasi

Dari kiri ke kanan: Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Valerie Julliand, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati, Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti, Sekretaris Utama Bappenas Taufik Hanafi, dan Staf Ahli Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur Bappenas Leonardo A. A. Teguh Sambodo dalam peluncuran Dokumen Indonesia Blue Economy Roadmap dalam ASEAN Blue Economy Forum 2023 di Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (3/7/2023). ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan konsep ekonomi biru bukan hal baru tetapi direvitalisasi sehingga pemangku kepentingan termasuk masyarakat berperan dan berkontribusi signifikan pada pembangunan ekonomi biru.

“Konsep ini (ekonomi biru) mungkin bukan yang baru, tapi direvitalisasi, diintegrasikan, dikonsolidasikan, sehingga pemangku kepentingan termasuk masyarakat sebenarnya bisa melihat bagaimana peran mereka cukup signifikan untuk bisa berkontribusi pada pembangunan ekonomi biru,” ujar Staf Ahli Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur Kementerian PPN/Bappenas Leonardo A. A. Teguh Sambodo dalam keterangan pers acara ASEAN Blue Economy Forum 2023 di Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung, dikutip di Jakarta, Selasa.

Dengan adanya revitalisasi konsep ekonomi biru, menandakan bahwa ada upaya pembaruan agar konsep tersebut tetap relevan dengan tantangan yang dihadapi untuk memastikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yakni ekonomi, sosial dan lingkungan hidup yang akan dilaksanakan secara seimbang.

Selain direvitalisasi, Leonardo juga menyebutkan konsep ini diintegrasikan dengan berbagai perencanaan di setiap sektor, termasuk dari sisi pemberdayaan masyarakat yang terlibat, yang berarti konsep ekonomi biru telah mengalami integrasi dengan aspek-aspek livelihood dari kehidupan masyarakat.

Kemudian, konsep ekonomi biru dinyatakan telah dikonsolidasikan, yang berarti disatukan tidak hanya berfokus pada sektor perikanan tangkap dan budidaya, tetapi juga dengan konsep-konsep pembangunan pariwisata, manufaktur, perdagangan, dan lainnya yang menggunakan sumber daya pesisir dan laut yang relevan dengan berbagai aktivitas masyarakat.

“Hal ini juga yang kemudian kami temui pada saat kami melakukan konsultasi publik, misalnya mengenai blue economy roadmap ini berkaitan dengan hiu tikus yang ada di Pulau Alor (Nusa Tenggara Timur). Bagaimana masyarakat berkolaborasi dengan NGO (Non Governmental Organization) lokal, kemudian ditingkatkan pengetahuannya, tidak menangkap lagi hiu, tapi kemudian mereka bisa berpikir ada sumber pendapatan yang lain dari menangkap hiu,” kata dia.

Salah satu sumber pendapatan yang dihasilkan masyarakat di Pulau Alor adalah granola dari jagung di wilayah tersebut. Mereka dapat menghasilkan produk-produk olahan dari granola yang semua diolah para ibu di daerah itu.

“Jadi ibu-ibunya ditingkatkan kapasitasnya, kemudian suaminya melihat ada pendapatan lain, kemudian suaminya menjadi champion untuk melanjutkan konservasi dari hiu tikus. Jadi ini adalah give and take yang sebenarnya diberikan, bagaimana konsep blue economy nanti ke depannya dikembangkan, selain mengedukasi juga (mendorong) masyarakat untuk berkontribusi,” ucapnya.