Korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki mengikuti misa di pengungsian

id misa pengungsi lewotobi,erupsi lewotobi laki-laki,dampak erupsi lewotobi

Korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki mengikuti misa di pengungsian

Korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki mengikuti misa di Pos Pengungsian Eputobi di Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Minggu (24/11/2024). (ANTARA/HO-Kementerian Komunikasi dan Digital)

Jakarta (ANTARA) - Warga yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dapat mengikuti misa di lokasi pengungsian.

Menurut siaran pers pemerintah di Jakarta, Senin, mereka mengikuti ibadah ekaristi di lokasi pengungsian di wilayah Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Minggu (24/11).

"Kita berharap, meski umat berada di tempat pengungsian, kehidupan rohani tetap terlayani," kata Romo Ben Koban, yang memimpin peribadatan.

Dalam kegiatan ibadah ketiga sejak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Romo Ben menyampaikan bahwa Yesus memimpin umat manusia melalui kasih dan kebaikan dalam beragam musim hidup.

Ia mengatakan bahwa penyertaan Yesus selalu ada, bahkan di tengah kondisi darurat akibat bencana alam.

"Dalam situasi sulit sekalipun, Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Kristus adalah raja yang menguatkan umat, bahkan di tengah keterbatasan di pengungsian," katanya.



Romo Ben mengingatkan para pengungsi untuk menjaga kesehatan serta mengikuti imbauan petugas pemerintah selama berada di pengungsian.

"Menjaga kesehatan dan situasi rohani menjadi sangat penting agar harapan dan cita-cita kita bisa terwujud," katanya.

Masa tanggap darurat bencana akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki diberlakukan hingga 31 Desember 2024.

Romo Ben memastikan korban erupsi yang mengungsi bisa tetap mengikuti pelayanan liturgi, termasuk misa Natal.

"Meskipun umat merayakan Natal di tempat pengungsian, liturgi akan tetap berjalan sebagaimana mestinya," katanya.

Para pengungsi bersyukur bisa mengikuti liturgi di pos pengungsian.

"Sudah tiga minggu saya di sini. Setiap minggu saya mengikuti misa di tempat ini," kata Osin, seorang asal Desa Hewa di Kecamatan Wulanggitang.

"Meski biasanya beribadah di gereja, saya tetap bersyukur bisa beribadah walau dalam kondisi berbeda," kata ibu dari satu anak ini.

Osin juga mengapresiasi upaya pemerintah dalam membantu pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi, termasuk kebutuhan air bersih dan sarana ibadah.