DP3A : kekerasan terhadap perempuan dipicu buruknya penguasaan emosi

id Dp3a

DP3A : kekerasan terhadap perempuan dipicu buruknya penguasaan emosi

Kasubbid Perlindungan Hak Perempuan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sulteng Irmawati Sahi, menyampaikan laporan pada pembukaan pelatihan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan pendekatan kekeluargaan, di Banggai Laut, 10 - 13 Mei 2018. (Ist) (Ist/)

Tojo Una-una, Sulawesi Tengah,  (Antaranews Sulteng) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Perempuan (DP3A) Provinsi Sulawesi Tengah mengemukakan minimnya penguasaan emosi diri sendiri menjadi salah satu faktor penyebab terjadi kekerasan terhadap perempuan.

"Penting untuk kita ketahui bersama bahwa aksi kekerasan terhadap perempuan berhubungan dengan nilai -nilai pendidikan mental /penguasaan terhadap emosi diri sendiri, serta sikap seseorang dalam menghargai hak orang lain, kata Kasubbid Perlindungan Hak Perempuan DP3A Sulteng, Irmawati Sahi saat membacakan sambutan Kepala DP3A Sulawesi Tengah Maya Malania Noor pada pembukaan Pelatihan Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan melalui penguatan keluarga di Kabupaten Tojo Una-una, di Ampana, Jumat.

Irma mengatakan sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan formal, dipandang belum mampu menyelesaikan akar masalah kekerasan terhadap perempuan termasuk anak.

Begitu pula dengan peran pemerintah melalui berbagai lembaga dan aparat penegak hukum memikul tanggung jawab dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

Namun, katanya, kedua intitusi tersebut belum sepenuhnya menyelesaikan akar kekerasan yang terjadi, tanpa adanya penguatan peran keluarga sebagai unit utama masyarakat dalam menginternalisasikan norma dan nilai nilai moral.

Pendidikan dan internalisasi nilai nilai kemanusiaan, nilai-nilai intuisi dalam kehidupan, kata Irma, tidak bisa dilepaskan dari keluarga.

Berbagai aksi penyimpangan dan kejahatan, menurut dia, termasuk penyalahgunaan narkoba, minuman keras, pornografi, serta kekerasan seksual, juga tidak jarang berasal dari faktor keluarga.

"Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi seseorang untuk membangun karakter. Kita tentu sepakat bahwa keluarga adalah unsur terpenting dalam pembentukan karakter diri seorang manusia. Keluarga memiliki peran dan tanggung jawab untuk menentukan baik atau buruknya sifat dan sikap seseorang," ujarnya.

Peran tersebut, menurut Irma, dapat diwujudkan dalam bentuk sosialisasi nilai atau norma masyarakat dan agama, pendidikan moral dan penguatan mental hingga masalah psikologis (perhatian dan kasih sayang).

"Keluarga juga dapat menjadi institusi yang paling efektif untuk mengawasi dan mencegah suatu tindak pelanggaran," katanya.

Baca juga: DP3A tingkatkan peran keluarga cegah kekerasan terhadap perempuan-anak