Jambata usul warga korban banjir di Kulawi direlokasi ke lokasi lebih aman
Kulawi, Sigi (ANTARA) - Jambata, sebuah yayasan yang bergerak di bidang lingkungan dan pemberdayaan masyarakat di Sulawesi Tengah mengusulkan warga korban banjir bandang di Kulawi sebaiknya direlokasi ke tempat yang lebih aman.
"Masalahnya bencana banjir bandang sudah dua kali menghajar permukiman warga Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi," kata koordinator Jambata Sulteng, Ais di Kulawi, Sabtu.
Ia mengatakan ketika mendengar informasi banjir bandang menerjang Desa Bolapapu pada 12 Desember 2019 sekitar pukul 18.30Wita itu, langsung menuju lokasi.
"Saya langsung ke lokasi, sebab Desa Bolapapu pada 2011 di bulan yang sama juga diterjang banjir bandang yang terparah dan mengakibatkan banyak korban jiwa, luka-luka dan ratusan keluarga kehilangan rumah dan mata pencaharian," katanya.
Mengingat bencana alam tersebut sudah kedua kali terjadi dalam rentang waktu cukup lama dari kejadian pertama, maka Pemkab Sigi perlu memikirkan untuk kemungkinan direlokasi.
Menurut dia, permukiman penduduk di Desa Bolapapu rawan bencana alam banjir karena memang selain ada sungai, juga berada di lereng gunung di kawasan hutan yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).
Lagi pula di wilayah tersebut banyak batu-batuan besar dengan lapisan tanah yang tipis. "Kalau banjir mudah terseret, sebab lapisan tanahnya tipis," katanya.
Selain itu, di atas permukiman penduduk juga terdapat kebun masyarakat. Otomatis hutan yang ada di sekitarnya sudah banyak diolah untuk areal kebun.
Dengan demikian, kata dia, fungsi hutan sebagai menahan air hujan sudah semakin berkurang dan ketika curah hujan meningkat, maka sangat berpotensi besar terjadinya banjir seperti yang telah terjadi pada 12 Desember 2019.
Karena itu, Pemkab Sigi sebaiknya merelokasi warga setempat ke lokasi permukiman yang baru, namun tidak jauh dari permukiman lama.
Pada 2011 ketika banjir bandang memporak-porandakan permukiman warga Desa Bolapapu, Pemkab Sigi sebenarnya sudah akan merelokasi warga ke lokasi permukiman baru yang juga tidak jauh dari Desa Bolapapu.
Kalau tidak salah waktu itu, Pemkab Sigi sudah membangun rumah untuk warga yang akan direlokasi. "Tapi sebelum direlokasi, terjadi bencana alam gempa bumi pada 2012 dan mengakibatkan rumah-rumah yang telah dibangun tersebut rusak," kata dia,
Kini dengan terjadinya kembali banjir bandang, maka sudah perlu pemerintah merelokasi penduduk yang ada di Desa Bolapapu.
Beberapa Desa di Kulawi yang selama ini rawan bencana alam banjir sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah antara lain Desa Sadaunta, Sopo, Namo dan Bolapapu. Semua desa itu berbatasan langsung dengan kawasan TNLL.
Sementara Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapata, di lokasi bencana di Desa Bolapapu mengatakan pemerintah rencana akan merelokasi warga ke permukiman baru yang dijamin aman dari bencana alam banjir dan longsor.
"KIta akan relokasi, sebab permukiman itu memang rawan banjir bandang dan kita tidak mau terulang kembali," kata Bupati Irwan.
Program relokasi semata-mata dilakukan pemerintah agar warga bermukim di lokasi permukiman yang memang dijamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan jiwa.
Data sementara yang ada di posko bencana alam di Desa Bolapapu, jumlah rumah yang rusak akibat banjir bandang tercatat 57 unit dan dua korban jiwa. Korban jiwa bukan terseret banjir, tetapi terperangkap banjir dan lumpur di dalam rumah.*
"Masalahnya bencana banjir bandang sudah dua kali menghajar permukiman warga Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi," kata koordinator Jambata Sulteng, Ais di Kulawi, Sabtu.
Ia mengatakan ketika mendengar informasi banjir bandang menerjang Desa Bolapapu pada 12 Desember 2019 sekitar pukul 18.30Wita itu, langsung menuju lokasi.
"Saya langsung ke lokasi, sebab Desa Bolapapu pada 2011 di bulan yang sama juga diterjang banjir bandang yang terparah dan mengakibatkan banyak korban jiwa, luka-luka dan ratusan keluarga kehilangan rumah dan mata pencaharian," katanya.
Mengingat bencana alam tersebut sudah kedua kali terjadi dalam rentang waktu cukup lama dari kejadian pertama, maka Pemkab Sigi perlu memikirkan untuk kemungkinan direlokasi.
Menurut dia, permukiman penduduk di Desa Bolapapu rawan bencana alam banjir karena memang selain ada sungai, juga berada di lereng gunung di kawasan hutan yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).
Lagi pula di wilayah tersebut banyak batu-batuan besar dengan lapisan tanah yang tipis. "Kalau banjir mudah terseret, sebab lapisan tanahnya tipis," katanya.
Selain itu, di atas permukiman penduduk juga terdapat kebun masyarakat. Otomatis hutan yang ada di sekitarnya sudah banyak diolah untuk areal kebun.
Dengan demikian, kata dia, fungsi hutan sebagai menahan air hujan sudah semakin berkurang dan ketika curah hujan meningkat, maka sangat berpotensi besar terjadinya banjir seperti yang telah terjadi pada 12 Desember 2019.
Karena itu, Pemkab Sigi sebaiknya merelokasi warga setempat ke lokasi permukiman yang baru, namun tidak jauh dari permukiman lama.
Pada 2011 ketika banjir bandang memporak-porandakan permukiman warga Desa Bolapapu, Pemkab Sigi sebenarnya sudah akan merelokasi warga ke lokasi permukiman baru yang juga tidak jauh dari Desa Bolapapu.
Kalau tidak salah waktu itu, Pemkab Sigi sudah membangun rumah untuk warga yang akan direlokasi. "Tapi sebelum direlokasi, terjadi bencana alam gempa bumi pada 2012 dan mengakibatkan rumah-rumah yang telah dibangun tersebut rusak," kata dia,
Kini dengan terjadinya kembali banjir bandang, maka sudah perlu pemerintah merelokasi penduduk yang ada di Desa Bolapapu.
Beberapa Desa di Kulawi yang selama ini rawan bencana alam banjir sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah antara lain Desa Sadaunta, Sopo, Namo dan Bolapapu. Semua desa itu berbatasan langsung dengan kawasan TNLL.
Sementara Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapata, di lokasi bencana di Desa Bolapapu mengatakan pemerintah rencana akan merelokasi warga ke permukiman baru yang dijamin aman dari bencana alam banjir dan longsor.
"KIta akan relokasi, sebab permukiman itu memang rawan banjir bandang dan kita tidak mau terulang kembali," kata Bupati Irwan.
Program relokasi semata-mata dilakukan pemerintah agar warga bermukim di lokasi permukiman yang memang dijamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan jiwa.
Data sementara yang ada di posko bencana alam di Desa Bolapapu, jumlah rumah yang rusak akibat banjir bandang tercatat 57 unit dan dua korban jiwa. Korban jiwa bukan terseret banjir, tetapi terperangkap banjir dan lumpur di dalam rumah.*