Palu (antarasulteng.com) - Seniman Kota Palu menggugah perhatian pemerintah daerah setempat terhadap eksistensi tradisi lokal melalui seni rupa pertunjukan dalam bentuk instalasi di Taman Budaya Kota Palu.
Pertunjukan itu akan dihelat, Rabu (26/6) sore, dalam rangka mengikuti kompetisi Indonesia Art Award (IAA) 2013, yang dirangkai dengan Parade Tari Taman Budaya Palu.
Salah satu seni instalasi yang akan ditampilkan seniman Fathuddin Mujahid dalam pertunjukan itu adalah tradisi vunja.
Tradisi suku Kaili di Palu dan sekitarnya tersebut, kini sudah tenggelam akibat terjadinya pergeseran budaya bangsa. Sementara di sisi lain, upaya pemerintah dalam melestarikan budaya tersebut masih rendah.
Vunja itu adalah tradisi lokal yang dilakukan masyarakat ketika mendapat rezeki dari hasil bumi seperti pertanian. Vunja sekarang tinggal cerita dan muncul jika ada kegiatan seremonial pemerintah," kata Fathuddin.
Udin FM--panggilan seniman kepada Fathuddin mengatakan sebagai seniman dia merekonstruksi vunja tersebut dalam seni rupa instalasi yang didalamnya mengandung nilai-nilai kritis terhadap perhatian pemerintah dalam melestarikan tradisi lokal tersebut.
Menurut Udin, dalam vunja tersebut terdapat nilai-nilai sosiologis karena di dalamnya terdapat semangat gotong royong warga dalam melaksanakan prosesi vunja.
Vunja kata Udin adalah prosesi upacara adat masyarakat agraris suku Kaili. Sebelum upacara itu dilakukan, masyarakat lebih dulu menyiapkan media upacara adat berupa menegakkan sebatang bambu di atas tanah lapang.
Di bawah tiang terdapat sebuah meja sebagai tempat penyajian kue-kue tradisional lokal seperti onde-onde, cucuru, doko-doko dan seperangkat alat dupa. Sementara pada di tiang digantung beberapa hasil bumi.
"Kalau vunja dilaksanakan setelah panen padi, maka padi atau beras juga yang digantung di tiang bambu itu," katanya.
Setelah semua persiapan lengkap, barulah para petinggi adat menjalankan prosesi ritual vunja dengan nyayian khas bernuansa religi. Sementara masyarakat lainnya berdiri di depan vunja dengan meletakkan tangan kanan di pundak kiri orang di sampingnya.
"Ada gerakan khusus dengan melangkah ke kiri dan ke kanan mengikuti irama nyanyian para petinggi adat," katanya.
Vunja inilah yang dihadirkan Udin FM, dalam bentuk instalasi namun tetap merujuk pada konteks kesadaran makna vunja tersebut.
"Tetapi aktivitas vunja itu saya ganti dengan kegiatan melukis di bawah tiang vunja. Saya melukis tiga dimensi pemerintah yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif," katanya.
Udin mengekspresikan kritikannya ke dalam lukisan atas rendahnya perhatian pemerintah daerah dalam merawat tradisi-tradisi lokal yang memiliki makna sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Dia mengatakan pertunjukan seni rupa tersebut sekaligus didokumentasikan untuk mengikuti ajang kompetisi Indonesia Art Award (IAA) 2013.
Udin mengatakan melalui seni pertunjukan itu dirinya berharap nilai-nilai tradisi yang syarat makna pembentukan harmoni sosial bisa diwujudkan dalam kehidupan kini mengingat Kota Palu kerap terjadi konflik.
Tradisi 'vunja' kata Udin, mengandung nilai dan prinsip solidaritas, kesetiakawanan, persaudaraan dan kesetaraan. Prinsip-prinsip tersebut kata Udin, mulai luntur di tengah pergaulan sosial akibat pengaruh budaya global.
Udin mengatakan pesan dari kritikan seniman tersebut sulit sampai di masyarakat jika perhatian media massa juga rendah.
"Tujuan kami dengan media massa untuk memperbaiki bangsa ini sama. Hanya caranya saja yang berbeda," katanya.***
