Jakarta (ANTARA) - Platform video pendek TikTok mendukung penyusunan whitepaper oleh Center for Digital Society (CfDS) di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Onno Center, bertepatan dengan bulan keamanan siber dunia yang jatuh pada bulan Oktober.
Menurut TikTok, penyusunan whitepaper itu menunjukkan komitmen perusahaan untuk terus membangun lingkungan yang aman dan nyaman kepada pengguna.
"Kami mendukung kerjasama antara CfDS dan Onno Center dan menyambut rekomendasi untuk berkolaborasi lebih jauh dengan para pemangku kepentingan," kata Donny Eryastha, Head of Public Policy, TikTok Indonesia, Malaysia, dan Filipina, melalui keterangannya, Selasa.
"Hal ini tentunya untuk meningkatkan keamanan serta memberdayakan pengguna agar lebih aman di internet," ujarnya melanjutkan.
Berdasarkan survei JakPat, 7 dari 10 orang mengklaim COVID-19 merupakan game changer dimana perpindahan aktivitas luring ke daring menjadi salah satu perubahan besar yang dialami.
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas di internet di masa pandemi, risiko terjadinya serangan siber juga harus tetap diwaspadai. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyatakan selama semester satu di tahun 2020, terdeteksi sekitar 149.783.617 serangan siber ke Indonesia dan meningkat lima kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun 2019.
"Perpindahan aktivitas ke ranah digital yang kemungkinan besar tetap terjadi setelah pandemi berakhir ini menuntut masyarakat untuk semakin meningkatkan literasi digitalnya, terutama dalam hal keamanan," kata Anisa Pratita Kirana Mantovani, Research Manager, CfDS.
"Penyusunan whitepaper turut dilandasi oleh tujuan tersebut, untuk memberdayakan para pengguna dalam mencegah dan menghadapi serangan siber, dan bagaimana para pemangku kepentingan lainnya dapat mengambil perannya," lanjutnya.
Whitepaper berjudul "Pentingnya Kemitraan untuk Memperkuat Keamanan Siber Indonesia" menyorot tren utama yang saat ini dan akan terjadi di dunia keamanan siber, serta sejumlah rekomendasi untuk memperkuat keamanan siber.
Rekomendasi yang diberikan termasuk pemerintah melanjutkan kepemimpinan di dalam transformasi digital, menciptakan regulasi yang sejalan dengan industri.
Selanjutnya, pentingnya transparansi di tingkat perusahaan tentang kebijakan dan praktik keamanan siber, agar dapat memberikan keyakinan kepada pemangku kepentingan.
Peningkatan sumber daya melalui riset dan pengembangan, serta mempercepat literasi digital untuk memberdayakan pengguna dalam hal keamanan digital, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk bersama-sama melindungi dunia siber.
Kajian "Pentingnya Kemitraan Untuk Memperkuat Keamanan Siber Indonesia" dapat diakses secara resmi pada situs resmi CfDS dan Onno Center.