Ia menambahkan ADRA Internasional sedang mempersiapkan ibu rumah tangga tersebut untuk bisa membuka home industri cokelat atau rumah usaha cokelat yang siap dipsarkan di wilayah Sulteng.
ADRA latih IRT korban bencana di Sigi produksi cemilan cokelat
Sigi (ANTARA) -
Adventist Development and Relief Agency (ADRA) International melalui Canaditional Foodgraise telah melatih para ibu rumah tangga (IRT) korban bencana gempa di Desa Omu, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, mengolah buah kakao menjadi produk makanan cemilan cokelat batang.
Kesuksesan kaum perempuan di Desa Omu mengolah bahan pangan lokal itu disampaikan pihak ADRA Internasional kepada Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura saat berkunjung di Kantor Gubernur Sulteng di Palu, Selasa.
Pimpinan ADRA Internasional, Novanto mengatakan bimbingan kepada belasan IRT di Desa Omu untuk memproduksi olahan cokelat itu merupakan program pemberdayaan masyarakat pascabencana yang melanda Sulteng pata tahun 2018.
Ia menambahkan ADRA Internasional sedang mempersiapkan ibu rumah tangga tersebut untuk bisa membuka home industri cokelat atau rumah usaha cokelat yang siap dipsarkan di wilayah Sulteng.
Ia menambahkan ADRA Internasional sedang mempersiapkan ibu rumah tangga tersebut untuk bisa membuka home industri cokelat atau rumah usaha cokelat yang siap dipsarkan di wilayah Sulteng.
“Selama ini kita sudah melakukan pemberdayaan kepada ibu-ibu di Desa Omu dan akan terus ditingkatkan,” tutur Novanto.
ADRA Internasional adalah lembaga kemanusiaan yang bertujuan menyediakan pelatihan pengembangan masyarakat dan bantuan bencana alam. Untuk pembinaan dan pemberdayaan kedepan akan terus ditingkatkan ke skala yang lebih besar dan melibatkan kaum perempuan di semua wilayah di Sulawesi Tengah.
Sementara itu, Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura menyatakan sangat mendukung program pemberdayaan yang dilakukan ADRA Internasional karena program tersebut bisa membantu pemerintah dalam memulihkan perekonomian pascabencana, sekaligus meningkatkan kembali produksi kakao di daerah itu.
Rusdy menyampaikan produksi kakao di Sulteng sebelumnya pernah mencapai 150 ton per tahun dan dipulihkan melalui program gerakan nasional (Gernas) kakao, namun saat ini kondisi produksi komoditas perkebunan itu menuru dan hanya bisa memproduksi buah kakao sekitar 40-50 ribu ton per tahun.
“Waktu kejayaan cokelat di Sulawesi Tengah ya, produksinya lumayan banyak,” kata Rusdy.
Menurut Rusdy, pemerintah perlu meningkatkan kembali hasil kakao itu dengan mendorong masyarakat untuk melakukan peremajaan tanaman perkebunan rakyat itu agar nantinya hasil yang dipanen kembali meningkat.
“Saya minta ADRA Internasional untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dalam rangka pengelolaan cokelat menjadi bahan jadi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” harap Rusdy.