Kemenag: Beragama berarti hadir untuk berkontribusi bagi umat manusia

id Bimas Islam, kesalehan sosial,kemenag

Kemenag: Beragama berarti hadir untuk berkontribusi bagi umat manusia

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin.

Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama (Kemenag) RI Kamaruddin Amin mengatakan manusia yang beragama berarti harus hadir untuk berkontribusi bagi umat manusia.

"Beragama berarti peduli, beragama berarti empati, beragama berarti maju, beragama berarti responsif, beragama berarti berkontribusi dan seterusnya bagi umat manusia," katanya dalam Khotbah Jumat yang diikuti di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat.

Kamaruddin mengatakan orang yang beragama tidak hanya harus memunculkan kesalehannya terhadap Tuhan, namun juga harus memunculkan kesalehan sosial untuk diterapkan dalam bermasyarakat.

Ia menyebut beberapa contoh kesalehan dalam bermasyarakat, di antaranya peduli terhadap orang-orang yang lemah, orang-orang miskin, anak-anak yatim, dan senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas mereka secara kolektif.

"Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, kelak Kami (Allah) akan memberinya pahala yang besar," katanya mengutip penggalan Surat An-Nisa ayat 114.

Kamaruddin menuturkan umat Islam di dunia merupakan agama dengan pertumbuhan penduduk tercepat, yang diprediksi akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2060 dengan tiga miliar pemeluk.

Dalam konteks masyarakat Indonesia, kata dia, umat Islam sebagai mayoritas masyarakat seyogyanya tidak hanya berbicara soal akidah, ibadah, dan hal-hal yang bersifat akhirat semata, namun juga harus berbicara dan bertindak tentang kemajuan, pembangunan, lingkungan, kesehatan, pendidikan, kemanusiaan, kebangsaan, kemodernan, dan lain-lain.

"Sebagai pemeluk agama mayoritas di negeri ini, Islam harus paling berkontribusi sekaligus menjawab realitas sosial di negeri ini. Maju mundurnya bangsa ini, umat Islam memainkan peran yang fundamental," ujarnya.

Beragama, katanya, tidak hanya memandu komunikasi dengan Allah SWT, tapi memandu menemukan cita-cita hidup untuk mencerdaskan dan meningkatkan kualitas hidup, dan memandu sosial masyarakat, yang dengan demikian menjadikan agama sebagai panduan kehidupan nyata menuju kehidupan abadi yakni akhirat.

"Untuk itu, kepada seluruh umat beragama di Indonesia agar tetap istiqamah dan konsisten dalam melakukan hal baik bagi negeri ini," katanya.