Jakarta (ANTARA) - Bank BJB (Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten) mencatatkan laba sebesar Rp2,1 triliun pada 2023 dan pertumbuhan kredit sebesar 7,5 persen year on year (yoy) pada kuartal IV-2023.
"Rasio kredit macet alias Non Performing Loan (NPL) mampu dijaga rendah di level 1,35 persen dengan Loan Coverage pada level 113,5 persen dengan Rasio CAR pada level 20,1 persen dan Tier-one rasio pada level 15,3 persen," kata Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi di Jakarta, Selasa.
Dengan catatan kinerja tersebut, efisiensi dalam kegiatan operasional terus didorong bersamaan juga dengan potensi-potensi fee based income yang terus dioptimalkan, sehingga menutup tahun 2023 tercatat laba Rp2,1 triliun dan laba setelah pajak sebesar Rp1,7 trilliun.
Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh mengimbangi penyaluran kredit yang diberikan dengan menjaga LDR yang optimal per Desember sebesar 87,5 persen.
Total DPK sampai dengan Desember tercatat sebesar Rp136,6 trilliun, menjaga dampak kenaikan suku bunga melalui rebalancing aset dan liabilitas yang sensitif dengan memastikan kondisi likuiditas terjaga dengan baik.
Sementara mengacu pada rasio keuangan, biaya dana per Desember cenderung flat dimana Cost of Fund berada pada level 4,3 persen.
"Dengan kembali dipertahankannya BI-Rate menjadi 6 persen, kami harus melakukan manajemen aset dan likuiditas yang lebih optimal, menyikapi kondisi Higher for Longer," ujarnya.
Consumer loan dengan yield 12,2 persen mampu tumbuh 6,3 persen yoy. Yuddy optimis, consumer loan sebagai captive market masih memiliki peluang pertumbuhan yang baik, dari pembukaan penerimaan ASN setelah periode moratorium yang panjang serta alih fungsi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Tenaga PPPK di Jawa Barat dan Banten bertambah 18.157 individu sepanjang semester II-2023, demikian juga dengan tenaga P3K yang menjadi debitur Bank BJB, mendorong pertumbuhan bisnis konsumer dari 5,6 persen yoy pada triwulan kedua, menjadi 6,3 persen yoy pada triwulan keempat, dengan rate 25 sampai 50 basis poin di atas untuk pinjaman (loan) baru yang dibukukan.
Selanjutnya untuk KUB Bank BJB, capital allocation untuk tiga BPD yang belum dilakukan injeksi modal kurang lebih Rp250 miliar sampai dengan Rp500 miliar, tergantung hasil kajian dan valuasinya.
Pada 2023, Bank BJB juga melakukan pengembangan usaha secara grup melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB). Bergabungnya Bank Bengkulu dalam KUB bersama Bank BJB syariah menandai langkah penting, dengan Bank BJB menjadi BPD pertama di Indonesia yang berhasil menyelesaikan proses KUB, menjadi benchmark bagi proses KUB seluruh BPD.
Selain Bank Bengkulu, Bank BJB juga telah menjalin komitmen KUB dengan Bank Jambi, Bank Maluku Malut dan Bank Sultra.
"Kami berkomitmen untuk terus mengoptimalkan kinerja bisnis kami sambil memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan dan tanggung jawab sosial," ujar Yuddy.