Poso (Antara Sulteng) - Bupati Poso Darmin A. Sigilipu akan memenuhi undangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-World Health Organization)) untuk mengunjungi Tiongkok selama sepekan, mulai Sabtu (29/7) guna mempelajari cara memberantas penyakit demam keong atau schistosomiasis.
Wakil Bupati Poso Toto Samsuri mengemukakan di Poso, Kamis, dalam kunjungan luar negeri itu, bupati akan didampingi sejumlah kepala dinas yang terkait erat dengan masalah schistosomiasis yakni Kadis Kesehatan, Pertanian, PU dan Ketua Bappeda.
Perjalan dinas itu, kata Samsuri, bukan untuk studi banding, melainkan mempelajari secara mendalam cara efektif untuk eradikasi penyakit schistosomiasis yang disebarkan oleh keong schisto tersebut.
Kunjungan itu, menurut dia, penting karena Kabupaten Poso merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menjadi tempat perkembangbiakan keong schisto, yakni di dataran Lore (Napu).
Kepala Dinas Kesehatan Poso dr. Taufan Karwur yang dihubungi terpisah mengatakan bahwa kegiatan bupati dan sejumlah kepala dinas ke Tiongkok atas undangan WHO merupakan study lapangan untuk mengetahui cara yang lebih efektif untuk pemberantasan penyakit keong.
Berdasarkan data WHO, Tiongkok merupakan negara yang berhasil memberantas penyakit schisto.
Di Indonesia, hanya dua bupati yang diudang karena daerahnya terdapat penyakit schisto, yakni Bupati Poso dan Bupati Sigi, keduanya di Sulteng.
Menurut Taufan, pemberantasan penyakit schisto yang disebabkan cacing schistosoma yang disebarkan oleh keong di Kabupaten Poso masih bersifat umum, seperti penyuluhan dan pemberian obat pencegah sehingga penyebab schistosomiasis sendiri belum dapat dieradikasi.
Penyakit shistosomiasis dikenal sebagai bilharziasis atau demam siput atau demam katayama yang disebabkan oleh cacing parasit jenis schistosoma yang menyerang hati.
Schistosoma japonicum di Indonesia sering disebut cacing schisto termasuk endemik dan hanya bisa ditemukan di dataran tinggi Lindu dan Napu.
Cacing schistoma hidup dan berkembang biak di air tawar yang tidak mengalir dan tidak terkena sinar matahari. Cacing ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui lubang kulit (pori-pori) dan berkembang biak di hati hingga selama 5 s.d. 10 tahun.
Manusia yang terkena penyakit itu akan mengalami gagal ginjal dan gangguan hati, terlihat perut membengkak dan berakhir dengan kematian.
Di daerah Napu dan Bada, Kabupaten Poso, sekitar 40 tahun lalu penyakit ini banyak merenggut nyawa akibat belum bisa dideteksi penyebabnya.
Warga Napu lebih mengenal penyakit schistosomiasis itu dengan sebutan penyakit keong sebab cacing schistoma hidup di dalam rumah keong kecil yang sudah tak berhuni dan hidup pada umumnya di rawa-rawa yang sejuk.
Bupati Poso pelajari pemberantasan penyakit schisto di Tiongkok
Ibu bukan study banding tapi studi lapangan tentang cara pemberantasan penyakit schisto