Kemenkop apresiasi UKM produsen berkualitas

id kemenkop,film

Kemenkop apresiasi  UKM produsen berkualitas

Ilustrasi (Foto Antara)

Bangsa yang besar adalah yang menghargai jasa para pahlawannya, pelaku film adalah UKM, mari kita mencintai dan memiliki produk Indonesia, sebab mencintai saja tidak cukup tapi beli karcisnya supaya filmnya laku
Jakarta,  (Antaranews Sulteng) - Kementerian Koperasi dan UKM mengapresiasi para pelaku UKM yang memproduksi film-film berkualitas yang mampu menginspirasi anak-anak bangsa untuk terus berkarya bagi negeri.

Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM Agus Muharram dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi dan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pelaku UKM produsen film terutama mereka yang mengangkat kisah-kisah para pahlawan.

"Bangsa yang besar adalah yang menghargai jasa para pahlawannya, pelaku film adalah UKM, mari kita mencintai dan memiliki produk Indonesia, sebab mencintai saja tidak cukup tapi beli karcisnya supaya filmnya laku," kata Agus.

Pihaknya menyatakan siap mendukung dunia perfilman Indonesia termasuk mempromosikan film-film berkualitas yang dihasilkan para pelaku UKM tersebut.

Salah satu film yang menurut Agus layak diapresiasi yakni film berjudul "Moonrise Over Egypt" yang akan diputar serentak pada 22 Maret 2018 di bioskop-bioskop seluruh Indonesia.

Sutradara film Pandu Adiputra mengatakan kisah film ini diangkat dari perjuangan tokoh pahlawan nasional Agus Salim memimpin delegasi yang terdiri dari Abdurrachman Baswedan yang diperankan oleh Vikri Rahmat, Satria Mulia sebagai Mohammad Rasidi, Drh Ganda sebagai Nazir Pamuntjak, Mark Sungkar sebagai Perdana Menteri Mesir El Noikrashy Pasha, dan aktor Harry Bond Jr berperan sebagai Dubes Belanda di Mesir.

Film tersebut menceritakan tentang pertemuan Mohammad Rasjidi dan Nazir Sutan Pamuntjak dengan Perdana Menteri Mesir, Mahmud Fahmi El Nokrashy pada April 1947.

Pertemuan diplomatik itu dilakukan guna memperjuangkan pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia secara de jure dari Pemerintahan Mesir.

"Ketegangan terjadi karena delegasi Indonesia harus berhadapan dengan kelicikan Duta Besar Belanda Willem Van Receteran Limpurg yang tak merelakan kemerdekaan Indonesia dan ingin menggagalkan misi diplomatik tersebut," kata Pandu.

Willem tidak sendiri, dia didampingi oleh ahli strategi bernama Cornelius Adriaanse melakukan lobi politik terhadap perdana menteri Mesir. Bahkan Willem dan Adriaanse menyusupkan mata-mata ke dalam rombongan delegasi Indonesia.

Keterlambatan penandatanganan kesepakatan dengan Mesir membuat Agus Salim dan kawan-kawan berada dalam keadaan tidak pasti di Kairo.

Situasi semakin memburuk dengan adanya kabar dari Indonesia tentang invasi NICA yang mengepung Pulau Jawa dan Madura.

Produser Adie Marzuki memastikan bahwa film berlatar belakang sejarah ini rasanya sangat perlu diketahui oleh generasi muda saat ini.

"Film ini menggambarkan bagaimana Indonesia berjuang memperoleh pengakuan dari dunia internasional," kata Adie.