Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi memperkirakan PDI Perjuangan memiliki peluang besar untuk meraih "hattrick" atau menjadi pemenang ketiga kalinya berturut-turut pada Pemilu Legislatif 2024 asalkan dapat memenuhi semua persyaratannya.
"Ada tiga syarat atau kriteria yang harus dipenuhi PDI Perjuangan meraih peluang menjadi pemenang ketiga kalinya pada pemilu legislatif. Namun, hal ini hanya perkiraan saja, karena dalam politik setiap saat bisa berubah," kata Burhanuddin Muhtadi pada diskusi "Akankah PDIP Menang Lagi di Pemilu 2024", di Gedung DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Sabtu.
Menurut Burhanuddin, PDI Perjuangan ketika memenangkan Pemilu Legislatif 2014 dan 2019 sudah memenuhi tiga kriteria tersebut sebagai pemenang. "Ketiga kriteria tersebut dicapai PDI Perjuangan setelah berjuang keras untuk bangun dari kekalahannya pada Pemilu 2004 dan 2009," katanya pula.
Ketiga kriteria tersebut, kata dia, pertama, terus melahirkan kader unggulan dan menjadikannya kepala daerah populer di masyarakat. Beberapa kader populer dilahirkan PDI Perjuangan, antara lain Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, mantan Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo, dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
"Kader-kader unggulan yang populer sebagai kepala daerah, menjadi kunci keberhasilan dalam mendulang suara partai di daerah," katanya lagi.
Kedua, PDI Perjuangan harus terus mendekati masyarakat Islam, karena sekitar 88 persen pemilih di Indonesia beragama Islam.
Menurut dia, untuk merangkul umat Islam, PDI Perjuangan telah membuat Ormas, Baitul Muslimin, serta menyuarakan sebagai partai yang mendukung Islam toleran.
"Langkah-langkah yang dilakukan PDI Perjuangan sudah tepat untuk berada di posisi tengah, antara nasionalis dan relijius," katanya pula.
Burhan melihat, pada Pemilu Legislatif 2019, PDI Perjuangan dapat memenangkan perolehan suara di Jawa Timur yang merupakan basis Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), karena sebagian besar pemilih muslim dari kaum Nahdlatul Ulama (NU), justru memilih PDI Perjuangan.
Para pemilih dari latar belakang Muhammadiyah, menurut Burhan, juga lebih banyak memilih PDI Perjuangan daripada memilih Partai Amanat Nasional (PAN).
Ketiga, PDI Perjuangan juga harus mendekati pemilih muda yang populasinya semakin meningkat pada Pemilu Legislatif 2024. "Kaum muda yang yang menyukai teknologi digital, seperti media sosial, juga haruis didekati dengan pendekatan ala kaum muda," katanya.
Menurut dia, satu lagi keunggulan PDI Perjuangan pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019 adalah memiliki tokoh populer yakni Joko Widodo.
Burhan menilai, Joko Widodo memiliki peran besar dalam mengangkat suara PDI Perjuangan.
"Pada Pemilu 2024, Joko Widodo tidak bisa lagi tampil sebagai calon presiden, sehingga PDI Perjuangan harus segera mencari tokoh populer untuk menggantikan Joko Widodo," katanya lagi.