Kain kulit kayu dari Lore jadi pusat perhatian Festival Danau Poso

id Kulit kayu,kain kulit kayu

Kain kulit kayu dari Lore jadi pusat perhatian Festival Danau Poso

Pakian kulit kayu khas suku Lore dikenakan sepasang pemuda Lore pada pembukaan Festival Danau Poso, Senin (26/8). Pakaian ini menjadi perhatian pengunjung dan meminta diabadikan dalam foto. Aktifis LSM Konservasi Hutan dan Kayu Cabang Jerman di Indonesia Dr Ismet Khaeruddin, ikut mengabadikan momentum tersebut. (Fery Timparosa)

Nah ini harus dibuat untuk bisa mendapat hak cipta, bahwa jenis kain serta motifnya merupakan dari Lore atau Poso, meskipun kain kulit kayu juga ada di Kecamatan Kulawi
Poso (ANTARA) - Salah satu kerajinan dan aset suku Lore Kabupaten Poso, kain terbuat dari kulit kayu, ditampilkan pada pembukaan Festival Danau Poso (FDP) dan menjadi perhatian pengunjung.

Kain yang dibuat menjadi pakaian adat Lore itu dikenakan oleh sepasang pemuda Lore, sehingga semakin menjadi daya tarik foto bersama oleh undangan dan para tamu.

"Saya tertarik dengan bahan kain ini, ini sangat langkah didapat, makanya kami meminta untuk mengambil gambar pakaian ini," kata Aktifis LSM Konservasi Hutan dan Kayu Cabang Jerman di Indonesia Dr Ismet Khaeruddin, di Tentena, Senin.

Menurut Ismet, pakain jenis kulit kayu itu sangat perlu di lestarikan, untuk menjadi salah satu aset budaya yang akan turun temurun dari suku Lore. 

Ada tiga alasan dan perlu diperhatikan dalam pelestarian peradaban suku Lore itu, yakni pertama merupakan salah satu budaya Poso. Kedua pelestarian alam di mana jenis kayu itu akan dipelihara oleh warga, dan ketiga merupakan cagar biosfir dunia. 

"Nah ini harus dibuat untuk bisa mendapat hak cipta, bahwa jenis kain serta motifnya merupakan dari Lore atau Poso, meskipun kain kulit kayu juga ada di Kecamatan Kulawi," kata Ismet di lokasi FDP. 

Baca juga : https://sulteng.antaranews.com/berita/73900/kemenpar-terus-promosikan-danau-poso-ke-dunia

Potensi wisata budaya Kulawi belum dikelola baik

Kadis Pariwisata Poso Rudi Ricardo Rompas yang dihubungi mengakui pelstarian pakaian itu sudah berlangsung lama, dengan dibuktikan telah membentuk kelompok pembuat pakaian kulit kayu di Kecamatan Lore Selatan (Bada). 

"Sudah lama kita lakukan pelestarian itu dengan pembinaan kelompok, hanya kita terbatas oleh dana," kata Rudi, Rabu. 

Menurut Camat Lore Barat Ruli Labulu kain kulit kayu tersebut dibuat dari kulit kayu beringin dan malo (bahasa daerah bada). Pakaian itu dijahit tangan dan tidak bisa dicuci dengan cara dikucek.

Sementara itu tokoh Lore Alfred Kabo asal mulanya pakaian itu, sejak zaman Megalitikum, dan sangat terisolir dari peradaban manusia modern. 

Dalam menghadapi kondisi hidup tersebut, maka komunitas masyarakatnya dapat mengatasi kehidupan sehari-hari secara khusus untuk sandang pangan, tergantung dari bahan baku dari sumber daya alam yang tersedia. 

Bahan kulit Kayu Hutan (warna merah) dan Kulit Tanaman Budidaya "BEA" (warna Putih), pohon dikupas kulit ari dari kulit kayu tersebut dan kemudian direndam beberapa hari kemudian di jemur.

Setelah kering dipukul-pukul pakai alat khusus di atas kayu besi sesuai bentuk ukuran yang diinginkan, sampai semua kulit kayu tersambung.

Setelah jadi kain itu, kemudian diukir dengan zat pewarna dari bahan getah kayu, dan siap digunakan.***