FAO bantu petani Pasigala jadikan hortikultura sumber pendapatan

id SIGI,PEMKAB SIGI,PASIGALA,FAO,PETANI,Pasigala Sulteng,hortikultura sumber inkam

FAO bantu petani Pasigala jadikan hortikultura sumber pendapatan

Ketua Kelompok Tani Karya Mandiri Desa Kota Rindau Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Agil. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau FAO membantu petani di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala), Sulawesi Tengah, untuk menjadikan hortikultura sebagai sumber pendapatan/inkam, sebagai bentuk upaya pemulihan sektor pertanian pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi di daerah tersebut.

"Petani-petani yang separuh waktunya mengandalkan inkam dari hortikultura. Kalau padi dan lain sebagainya untuk makanan mereka, tetapi pendapatan itu dari kespro-nya, kespronya apa, dari hortikultura. Karena itu, kita menginginkan hortikultura menjadi sumber penghidupan, pendapatan yang segera pulih kembali," kata Asisten FAO Representative di Indonesia - Program, Ageng Herianto, Kamis.

FAO telah mendistribusikan 430 ton pupuk, lebih dari 7 ton benih jagung, tomat, dan cabai rawit, dan lebih dari 500 ribu meter mulsa plastik kepada petani di tiga daerah itu.

Di Kota Palu terdapat 1.137 petani penerima manfaat dari 27 kelurahan. Kemudian di Kabupaten Sigi ada 4.687 petani di 67 desa yang disentuh oleh FAO. Selanjutnya, di Donggala 2.773 petani dari 37 desa menjadi penerima manfaat dari FAO.

Terkait bantuan itu, Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Dolo Siti Darwisa, di Sigi, Kamis, mengaku bantuan bibit pertanian dari FAO berupa jagung, tobat dan rica mulai didistribusikan di Sigi pada wal Juli 2019. "Ya sekitar tanggal 3 Juli, bantuan itu tiba di Sigi dan di distribusikan kepada petani," kata Darwisa.

Namun, sebut Darwisa, yang menjadi kebutuhan mendasar dan paling substansi bagi petani ialah air. Karena itu, walaupun ada bibit hortikultura dan pupuk, tetapi bila tidak ada air maka akan sia-sia.

"Ini sama hal-nya memberikan kami beras, namun tidak di sertai dengan air dan alat masak. Ya sama saja, berasnya tidak bisa di konsumsi," ujar dia.

Walaupun demikian, bantuan dari FAO kepada petani tumbuh subur dan kini hampir memasuki masa panen. Di Dusun Tiga Kota Rindau, misalkan. Bibit jagung dan tomat tumbuh subur di kelola oleh anggota Kelompok Tani Karya Mandiri yang di ketuai oleh Agil.

"Lahan untuk tomat 1/4 hektare area, lahan ini milik Koli. Biasanya kalau panen hasilnya mencapai kurang lebih sekitar delapan ton," ucap Agil.
Agar tanaman hortikultura berupa tomat dan jagung bisa tumbuh subur, kata Agil, maka Kelompok Tani Karya Mandiri yang beranggotakan 20 orang petani membuat sumur dangkal dan sumur suntik, yang berfungsi untuk menyuplai air ke lahan pertanian.

"Luas lahan 25 hektare, maka ada 12 sumur dangkal dan lima sumur suntik. Biaya untuk membuat sumur kurang lebih Rp2 juta/sumur," sebut Agil yang merupakan Warga Desa Kota Rindau.

Pembangunan sumur secara swadaya dilakukan oleh petani dabawah naungan Kelompok Tani Karya Mandiri, sejak lima bulan pascabencana gempa dan likuefaksi Sigi.

Baca juga: Nelayan Palu-Donggala mulai melaut setelah dapat bantuan dari FAO
Baca juga: FAO bantu pulihkan nelayan Donggala dan Palu pascagempa
Baca juga: FAO kucurkan bantuan untuk petani dan nelayan di Sulawesi Tengah


Inisiatif itu berangkat dari tuntunan kehidupan dan kebutuhan hidup. Karena itu, mereka bergantung pada sektor pertanian. Sebelum menggunakan sumur suntik dan dangkal, petani bergantung pada air dari irigasi, kondisi irigasi rusak total saat gempa disertai likuefaksi menghantam Sigi.

"Karena itu kami butuh air, kami butuh sumber air yang lebih banyak," sebut Agil.
Ketua Kelompok Tani Karya Mandiri Desa Kota Rindau Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Agil, memperlihatkan sumur dangkal yang dibuat oleh petani secara swadaya, sebagai bentuk inisiatif mengantisipasi kesulitan air akibat dampak rusaknya irigasi Sigi, di Dusun Tiga Desa Kota Rindau, Kamis (ANTARA/Muhammad Hajiji)