Jakarta (ANTARA) -
Ekonom Faisal Basri menyatakan, Proklamator RI Mohammad Hatta menggagas istilah koperasi sebagai persekutuan cita-cita, semacam persekutuan modal oleh rakyat demi menghadapi kaum kapitalis.
“Menurut Hatta, koperasi merupakan gerakan menghimpun kekuatan rakyat yang berserakan dan tidak terorganisir di masa penjajahan untuk menghadapi kaum kapitalis," kata Faisal Basri dalam Talkshow "Pekan Bung Hatta" yang ditayangkan di Channel Youtube BKNP PDI Perjuangan, Jumat.
Dalam dialog yang dipandu Aris Setiawan Jodi itu, Faisal menjelaskan, konsep ekonomi gagasan Hatta berasal dari bahan bacaan buku-buku dan pengalaman selama pengembaraan intelektualnya di dalam maupun luar negeri.
Menurut alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu, gagasan ekonomi Hatta merupakan pemikiran alternatif dari kapitalisme pasca revolusi industri yang melihat sendiri betapa terjadi penghisapan para pemilik modal.
Kala itu, lanjut dia, terjadi eksploitasi alam di Eropa sehingga muncul gerakan-gerakan untuk melawannya dari berbagai pemikiran. Seperti marxisme, sosialisme, dan pemikiran ekonomi yang disebut institusionalis.
"Saat belajar di Eropa, Bung Hatta melihat bahwa kondisi ekonomi di Indonesia juga merupakan perpanjangan tangan dari kapitalisme global. Jadi, pemikiran ini telah digagas Bung Hatta sebelum kemerdekaan Indonesia," paparnya.
Disebutkannya, pemikiran-pemikiran Hatta dikirim dari Belanda dalam bentuk tulisan yang dimuat di media perjuangan. Lalu berbaur dengan muatan lokal semangat dari Ki Hajar Dewantara dan semangat kebangkitan nasional dari Syarikat Dagang Islam.
"Dari sana lahirlah pemikiran Bung Hatta yang sudah membumi untuk mempersiapkan Indonesia merdeka," ungkap Faisal.
Menurutnya, ada tiga pilar dalam membangun koperasi yang luas. Pilar pertama, di hulu sebagai produksi yang dipegang oleh petani. Kedua, pilar perdagangan rakyat yang diwakili oleh syarikat dagang rakyat.
Adapun pilar ketiga adalah lembaga keuangan rakyat, yang saat produksi dan keuntungan meningkat, menjadi tempat untuk menaruh uang atau modal.
"Sebab jika uang ini ditaruh di bank, maka ia akan mengalir ke kota dan rakyat tetap akan kekurangan darah," tuturnya.
Dia menambahkan, Hatta telah membidani lahirnya kongres koperasi pertama di Indonesia di tengah gagasan dan perdebatan antara tokoh bangsa saat itu.
Faisal juga menilai bahwa kelebihan Bung Hatta, adalah mampu untuk memahami konteks sejarah dan sosiologi masyarakat Indonesia. Sehingga ia tidak ambil mentah-mentah apa yang didapat dari Barat. Ini seperti yang pernah diungkapkan oleh Bung Karno.
"Nasionalis yang sejati, yang nasionalismenya itu bukan timbul semata-mata suatu copy atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan," kutip Faisal.
Faisal menyimpulkan, ide-ide Bung Hatta berperan besar dalam landasan cetak biru perekonomian bangsa.
“Kalau bisa dikatakan, pisau analisa ekonomi Indonesia berasal dari tulisan-tulisan Bung Hatta," kata Faisal.
Rangkaian Talk Show "Pekan Bung Hatta" merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dalam mengenalkan sepak terjang, kisah dan inspirasi Bung Hatta kepada masyarakat luas.