Donggala (ANTARA) - Sebuah Alquran berwarna cokelat dengan panjang 30 centimeter dan lebar 20 centimeter tersimpan rapi di Masjid Al-Amin yang merupakan masjid tertua di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Menurut pengurus Masjid Al-Amin Tahir Syarif Al-Mahdali (64), Al Quran yang dibungkus dengan kain putih itu merupakan salah satu bukti penyebaran Islam di Kabupaten Donggala tepatnya di Desa Wani Kecamatan Tantopea.
“Syeh Agil Al-Mahdali merupakan orang pertama yang memperkenalkan agama Islam di pesisir pantai Kabupaten Donggala,” kata Tahir, Selasa.
Al Quran itu nampak rapuh dan setiap lembar sudah terpisah, namun tulisannya masih bisa dibaca dengan jelas.
“Mungkin dimakan usia karena diperkirakan usianya mencapai 200-an tahun,” tutur Tahir.
Tahir menceritakan Al Quran itu juga menjadi saksi bisu kedahsyatan tsunami yang memporakporandakan daerah itu, termasuk Masjid Al-Amin. Beruntungnya Al Quran itu terselamatkan.
“Tiga kali dihantam tsunami tetapi Al Quran ini selamat. Termasuk masjidnya juga masih kokoh, sedangkan di sekitar masjid ini habis disapu tsunami,” cerita Tahir.
Hingga kini Tahir tidak tahu pasti siapa yang membawa Al Quran itu. “Al Quran ini juga pernah diminta mau ditaruh di museum tetapi kami tidak izinkan,” kata Tahir.
Meski sudah dihantam tsunami, Masjid Al-Amin yang dibangun dengan sentuhan Arab, Melayu, India dan Thionghoa itu masih kokoh.
“Tahun 2010 masjid ini masuk dalam cagar budaya. Memang ada yang rusak tetapi tidak sampai menghancurkan bangunan,” ujar Tahir.
Masjid Al-Amin dibangun tahun 1906 oleh Syarifah Isa binti Yahya Al-Mahdali, cucu Syeh Agil Al-Mahdali seorang saudagar Arab dari Yaman.
“Surat wakaf tanah seluas 45x54 m2 tanggal 3 Desember 1906 masih kami simpan,” ungkap Tahir.
Tak hanya Al Quran tua itu, Masjid Al-Amin juga menyimpan sebuah balok yang pada zaman itu digunakan sebagai bantal oleh imam masjid untuk beristirahat.
“Balok itu disimpan dalam satu kain dengan Al Quran itu,” ucapnya.*