Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu Prof Sagaf S Pettalongi meminta mahasiswa baru agar fokus mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran jenjang strata satu, untuk meningkatkan kompetensi individual.
"Anak-anakku semua (mahasiswa baru) tugas kalian adalah belajar dan belajar, habiskan waktu kalian untuk belajar," kata Prof Sagaf saat menyampaikan arahan kepada 2.000 mahasiswa baru dalam Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) tahun 2022, di Sigi, Rabu.
Guru Besar UIN Palu itu mengingatkan mahasiswa baru, bahwa mereka adalah generasi penerus yang diharapkan bangsa untuk mengisi pembangunan di Tanah Air pada masa mendatang.
"Kalian semua adalah harapan bangsa di masa mendatang, maka jangan pernah berhenti belajar," ucap Pakar Manajemen Pendidikan itu.
Oleh karena itu, kata dia, mahasiswa baru harus memanfaatkan kesempatan yang ada dengan menghabiskan waktu untuk kepentingan peningkatan kompetensi individual.
Prof Sagaf mengatakan, UIN Datokarama Palu adalah kampus humanis dan inklusif yang menjunjung tinggi kemerdekaan intelektual.
Dengan demikian, sebut dia, mahasiswa bebas untuk berdiskusi, bertanya, belajar dan mengakses referensi-referensi umum dan keagamaan dalam rangka memperkaya wawasan.
Untuk menunjang pembangunan kompetensi akademik mahasiswa, kata dia, UIN Palu terus berupaya menambah literatur berbagai judul di perpustakaan.
"Namun dalam proses itu, komitmen kebangsaan, kecintaan terhadap NKRI tidak boleh pudar," ujar Wakil Ketua Umum MUI Sulteng tersebut.
Selain mengikuti proses pendidikan dan pengajaran, ia juga meminta kepada mahasiswa untuk berorganisasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler baik di internal maupun eksternal kampus.
"Silahkan mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan organisasi intra kampus yang diminati, tetapi ingat bahwa tugas utama kalian adalah kuliah. Usahakan selesai tepat waktu yaitu empat tahun," ungkapnya.
Rektor juga mengenalkan kepada mahasiswa baru mengenai moderasi beragama, yang menjadi satu pendekatan untuk melindungi mahasiswa agar tidak termakan faham intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Moderasi beragama, kata dia, dapat dikatakan sebagai cara beragama yang moderat, untuk menghindari keekstreman dalam praktik beragama.
"Moderasi beragama bukanlah moderasi agama. Sebab, moderasi beragama berada pada tataran sosiologis yang dalam wilayah praktek keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain," katanya.
Sementara pada tataran teologis, kata dia, setiap orang berhak dan bahkan seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan terhadap ajaran agama mereka.
"Mahasiswa harus memahami hal ini, sehingga kelak ketika mengabdi di masyarakat, ia dapat menjadi penyejuk di masyarakat," sebutnya.