Menanti Geliat Jagung Sulteng Pascaintervensi Japfa Comfeed

id jagung, pangan, BPS, petani

Menanti Geliat Jagung Sulteng Pascaintervensi Japfa Comfeed

Produksi jagung di Sulteng menurun. (Foto ANTARA/Septianda Perdana)

Mereka lebih cenderung meningkatkan produksi padi karena mendapat banyak bantuan dari pemerintah, mulai dari bibit dan sarana produksi serta pendampingan para penyuluh yang lebih intensif ketimbang menanam jagung," kata Ibram.
Palu - Sudah beberapa tahun ini produksi jagung Sulawesi Tengah terus menurun. Penyebab utamanya adalah petani yang makin tidak berselera menanam komoditi bernilai ekonomi cukup tinggi itu.

Tahun 2012 ini, misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah memprediksi produksi jagung akan turun secara signifikan hingga 12 persen atau sebesar 19.473 ton dibanding produksi tahun sebelumnya 161.810 ton.

Sementara itu produksi jagung 2011 yang terekam sebanyak 161.810 ton itu, turun tipis dibanding 2010 yang mencapai 162.306 ton.

Penurunan disebabkan terus berkurangnya luas panen karena petani kian enggan menanam tanaman ini.

Pada 2012 misalnya, luas areal panen jagung diperkirakan hanya 36.328 hektare, menyusut cukup drastis dibanging 2011 seluas 41.218 ha dan 2010 42.747.

Kepala BPS Sulteng Ibram Syahboedin mengungkap salah satu penyebab turunnya luas panen dan produksi jagung yakni karena program Pemprov Sulawesi Tengah yang sedang menggenjot produksi padi dari 1,1 juta ton pada 2011 menjadi 1,5 juta ton pada 2014.

Kondisi itu, katanya, membuat petani enggan menanam jagung karena tidak mendapat bantuan.

"Mereka lebih cenderung meningkatkan produksi padi karena mendapat banyak bantuan dari pemerintah, mulai dari bibit dan sarana produksi serta pendampingan para penyuluh yang lebih intensif ketimbang menanam jagung," kata Ibram.

Selain itu, harga beras juga menarik karena mendapat perlindungan pemerintah melalui skema harga pembelian pemerintah (HPP), sedangkan harga jagung sepenuhnya tergantung pada mekanisme pasar.

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola segera menyadari keadaan tersebut sehingga ia kemudian mengemukakan komitmennya untuk menghentikan penurunan luas panen dan produksi jagung serta bertekad menjadi daerah penghasil jagung penting di Indonesia pada dua atau tiga tahun ke depan.

"Kita punya peluang besar untuk menjadi lumbung jagung nasional dalam tempo yang tidak terlalu lama karena terhampar sekitar 1,4 juta hektare lahan perkebunan jagung potensial di hampir seluruh kabupaten/kota," ujar Longki di depan Menteri Pertanian Suswono dan ratusan petnai di Sidondo, Kabupaten Sigi, baru-baru ini.

Intervensi swasta

Salah satu kelemahan mendasar dalam pengembangan jagung di Sulawesi Tengah adalah sistem budidaya yang sederhana alias tradisional dan belum menerapkan pola pertanian intensif dan terintegrasi.

Karena itu, Pemerintah Provisi Sulawesi Tengah mengajak PT.Japfa Comfeed, Tbk untuk mengintervensi petani sehingga sistimnya akan lebih terintegrasi mulai dari teknis budidaya, penanganan pascapanen sampai pada pemasaran hasil dan industri pengolahan yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

Karena itu, PT. Japfa Comfeed, Tbk telah menandatangani nota kesepahaman dengan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan sejumlah bupati di provinsi ini untuk mengembangkan produksi jagung yang bermuara para pembangunan pabrik pakan ternak.

Kepala Divisi Makanan Ternak PT. Japfa Comfeed, Tbk Harwanto dan Gubernur Longki Djanggola serta Bupati Sigi, Donggala, Banggai, Poso dan Wali Kota Palu menandatangani nota kesepahaman tersebut di depan Menteri Pertanian Suswono usi panen padi di Desa Sibalaya Utara, Kabupaten Sigi, sekitar 30 kilometer Selatan Kota Palu pekan lalu.

Harwanto mengemukakan bahwa dalam tahap awal, kerja sama ini akan mengupayakan peningkatan produksi jagung pada sentra-sentra pertanian jagung di daerah yang menandatangani nota kesepahaman ini.

PT. Japfa, perusahaan terbuka penghasil pakan ternak cukup besar di Indonesia itu akan mengirim para penyuluhnya untuk mendampingi petani dalam teknis budidaya sehingga lahan-lahannya akan semakin produktif.

"Kalau kerja sama ini sukses, kami akan memperluas ke daerah-daerah lain yang juga memiliki lahan potensial dan kami akan menjadi penampung seluruh produksi yang dihasilkan," ujarnya.

Hal lain yang penting diperhatikan, kata Harwanto, adalah penanganan pascapanen. Karena itu, dengan jasa para penyuluh itu, pihaknya akan melatih petani dalam teknis pengeringan yang efektif agar produksi jagung berdaya saing tinggi.

Para petani, katanya, harus dilatih dalam hal mengontrol kualitas jagung (quality controll). karena itu, perusahaan akan membangun tempat-tempat pengeringan jagung untuk menghasilkan produk yang diinginkan pasar.

Kalau sinergi ini berjalan baik, ia yakin dalam dua tahun ke depan akan terjadi peningkatan produksi jagung di daerah ini. Dari hasil peningkatan itu barulah dibahas secara mendetail pabrik pakan ternak yang perlu dibangun, berapa kapasitasnya dan dimana lokasinya.

Harwanto sangat optimistis kerja sama in akan sukses dan akan menguntungkan semua pihak karena petani akan menjadi lebih sejahtera sebab produksi dan harga jual terpelihara baik sementara perusahaan dan daerah mendapatkan keuntungan.

"Lokasi geografis Sulawesi Tengah ini sangat strategis karena kita bisa dengan mudah ke mana-mana, mau ke barat atau timur, utara dan selatan, aksesnya lebih mudah, cepat dan relatif murah," katanya.

Jagung hibrida

Gubernur Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola berharap melaui kerja sama PT. Japfa Comfeed dengan jajaran pemerintah daerah ini, akan bisa dikembangkan lahan produktif tanaman jagung hibrida minimal 20.000 hektare dalam waktu dekat, terutama di Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi Moutong dan Banggai.

Kalau ini sukses, maka dalam waktu satu atau dua tahun, Sulteng bisa menaikkan produksi jagungnya dua atau tiga kali lipat.

Pemprov Sulteng telah berkomitmen untuk mendukung petani mengembangkan jagung dengan menyediakan bantuan sarana produksi sesuai kemampuan keuangan daerah dan memperbaiki saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan pengairan areal budidaya.

Menteri Pertanian Suswono berharap kerja sama PT. Japfa Confeed dengan gubernur dan para bupati se-Sulteng akan menggenjot produksi jagung nasional sehingga dalam beberapa tahun ke depan Indonesia tidak perlu mengimpor jagung lagi.

"Sangat aneh kalau kita masih mengimpor jagung padahal di depan mata kita ada lahan yang bisa menghasilkan jagung yang banyak," katanya di depan sekitar 300 petani yang hadir.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), produksi jagung nasional 2012 diperkirakan mencapai 17,6 juta ton pipilan kering dengan luas panen 4,8 juta hektare (ha).

Impor jagung tahun lalu mencapai 3,144 juta ton, naik signifikan dari 2010 yang hanya 1,9 juta ton, sedangkan tahun ini, impor dibatasi hanya satu juta ton sehingga potensi pasar jagung dalam negeri semakin besar dan harga akan semakin menarik bagi petani.

Karena itu, Mentan Suswono menyerukan petani di Sulteng agar tidak ragu-ragu lagi menanam jagung karena harga akan semakin membaik dan pemerintah siap membantu memenuhi kebutuhan budidaya sesuai kemampuan dana, bai menyangkut irigasi, benih, pupuk dan pestisida serta pembinaan para penyuluh.

Ia meminta para petani untuk menyelingi penanaman di areal sawah mereka dengan tanaman jagung sekaligus untuk memutus rantai hama padi. Cara ini akan sangat menguntugkan, karena padi akan terhindar dari hama sementara petani juga menghasilkan jagung dalam jumlah yang signifikan. (R007/SKD)