Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri Yusharto Huntoyungo memberikan apresiasi atas kemajuan pesat inovasi di Kabupaten Minahasa Utara.
"Dari tadinya kurang inovatif, lalu menjadi inovatif, dan sekarang kandidat terinovatif. Ini lompatan besar. Tepuk tangan untuk Minahasa Utara, Pak Bupati, dan seluruh tim inovasi," kata Yusharto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.BSKDN: Minahasa Utara tunjukkan lompatan besar dalam inovasi daerah
Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri Yusharto Huntoyungo. ANTARA/HO-BSKDN
Yusharto memberikan apresiasi besar kepada daerah yang sebelumnya dinilai kurang inovatif, namun kini berhasil menempatkan diri sebagai salah satu kandidat kabupaten terinovatif secara nasional pada ajang Innovative Government Award (IGA) 2025.
Dia menambahkan, peningkatan skor inovasi Minahasa Utara sejalan dengan pertumbuhan daerah yang semakin kompetitif, menjadikan kabupaten tersebut rujukan baru bagi daerah lain dalam mendesain kebijakan dan layanan berbasis inovasi.
"Berlaku adagium ekonomi: untuk tetap berada di tempat, kita harus lari lebih cepat. Perguruan tinggi dan lembaga riset sudah bekerja, daerah juga harus lebih optimal berinovasi," ujarnya.
Dalam audiensi tersebut, Yusharto juga menyoroti berbagai inovasi yang berhasil di Minahasa Utara, termasuk inovasi dari Desa Maumbi, Kecamatan Kalawat, yang dinilai efektif dan direkomendasikan untuk direplikasi di kecamatan lainnya.
Ia juga turut mengapresiasi inovasi Sipatokaan, sebuah program yang memanfaatkan pelibatan tokoh agama untuk menjaga kerukunan serta memitigasi potensi konflik sosial berbasis pelaporan digital. Menurutnya, inovasi-inovasi semacam ini menjadi bukti bahwa kreativitas daerah dapat menghasilkan kebijakan yang berdampak langsung bagi masyarakat.
"Ke depannya, prinsip inovasi harus dilihat dari perspektif penerima inovasi. Masyarakatlah yang menjadi ukuran sebenarnya kita melakukan inovasi," kata Yusharto.
Yusharto juga mengingatkan, inovasi berawal dari permasalahan yang ada di masyarakat. Karena itu, dia mengajak setiap organisasi perangkat daerah (OPD) untuk lebih peka terhadap isu lapangan dan menjadikannya dasar pengembangan inovasi yang relevan.
"Saya tanya, ada tidak OPD yang tidak punya masalah? Berarti peluang inovasi itu ada. Untuk apa menanam padi bila tidak menjadi nasi? Untuk apa menjadi pegawai negeri bila tidak berinovasi?" ucapnya.
Yusharto menilai, kebijakan "satu OPD satu inovasi" yang diterapkan Bupati Minahasa Utara merupakan langkah positif, namun belum sepenuhnya mencukupi tantangan kompetisi inovasi saat ini.
Dengan posisi Minahasa Utara yang sedang naik pesat dan menjadi sorotan daerah lain, ia mendorong agar jumlah dan kualitas inovasi terus ditingkatkan secara konsisten, terukur, dan berkelanjutan.
Menurutnya, keberhasilan Minahasa Utara bukan hanya menjadi pencapaian daerah, tetapi juga menjadi modal penting dalam penguatan ekosistem inovasi nasional.
"Perlu diingat bahwa berinovasi itu harus sudah menjadi bagian dari DNA kita, melekat dengan keseharian kita, tidak mesti lagi (dilakukan dengan) suka rela, tapi paksa rela," tuturnya.
