Palu (Antaranews Sulteng) - Pengembangan secara masif teknologi budidaya udang supra intensif skala rakyat (kecil dan menengah) baik aspek teknis maupun bisnis, telah disiap diimplementasikan namun membutuhkan dukungan perbankan untuk membiayai replikasi teknologi ini oleh pengusaha kecil dan menengah.
Karena itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng akan menggalang dukungan perbankan melalui workshop budidaya udang supra intensif skala kecil dan menengah yang akan digelar di Hotel Best Westren Coco Palu pada Kamis (20/9), kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo di Palu, Selasa.
Ia menjelaskan untuk mengembangkan teknologi ini, ada empat pilar pendukung yang dibutuhkan yakni pilar teknologi menyangkut jaminan produktivitas yang tinggi, lalu pilar input produksi yakni ketersediaan benih, pakan, dan obat-obatan yang cukup dan berkualitas, serta pilar pemasaran dan pilar permodalan.
Menurut Atjo yang juga penemu teknologi budidaya udang supra intensif Indonesia yang diluncurkan tahun 2013 itu, pilar pertama sudah tidak masalah lagi karena teknologi ini adalah teknologi budidaya udang vanamei paling produktif di dunia dewasa ini.
Pilar input produksi seperti ketersediaan benih, pakan dan obat-obatan bermutu juga tidak ada masalah karena semuanya tersedia dan mudah diperoleh dengan harga yang wajar.
Baca juga: Budidaya udang supra intensif skala rakyat bakal dibiayai APBN
Baca juga: Tambak udang supra intensif skala rakyat hasilkan 700 kg (Vidio)
Mengenai pilar pemasaran, juga tidak ada masalah karena Indonesia saat ini menjadi pengekspor udang cukup penting di dunia yakni 153 ton/hektare, dan udang yang diproduksi dari teknlogi budidaya ini sangat disukai pasar global sebab bebas penyakit udang.
Masalah sekarang, kata Atjo, adalah soal permodalan. Akan tetapi bila kalangan perbankan dan dunia usaha khususnya di skala kecil dan menengah mengenal persis teknologi ini, maka akan terjadi sinergi yang mutualistis untuk pengembangan teknologi ini secara masif.
Workshop budidaya udang supra intensif ini akan mempertemukan pemilik/penemu teknologi budidaya dengan pemegang kebijakan di sektor keuangan, khususnya perbankan serta kalangan dunia usaha untuk edukasi dan sosialisasi yang diharapkan melahirkan sinergi sehingga teknologi ini secepatnya bisa direplikasi secara massal.
Workshop ini akan menampilkan empat pembicara kunci yakni Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP selaku penemu teknologi, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng Miyono, Dirut Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sulteng Ishak Bashir Khan.
Baca juga: Teknologi budidaya udang supra intensif kini tersedia untuk UKM (vidio)
Baca juga: Prof Rhenald Kasali: Tambak Supra Intensif Sangat Menjanjikan
Diskusi akan berlangsung secara panel yang akan menghadirkan enam orang pembahas yakni Direktur Pakan Ditjen Pereikanan Budidaya Kementerian KP, Ketua Kadin Sulteng, Kepala BRI Cabang Palu, Direktur PT. Matahari Sakti Jakarta, Direktur Bogatama Marinusa Makassar, keduanya pelaku bisnis sektor perudangan, serta akademisi yang juga Sekretaris Ikatan Sarjana Perikanan (Ispikani) Sulteng Dr Fadly Tantu.
Teknologi budidaya udang supra intensif ini disebut skala kecil dan menengah (skala rakyat) karena konstruksi tambaknya tidak menggunakan beton tetapi terpal plastik yang didirikan dengan menggunakan tulang (kerangka) besi sehingga biaya konstruksinya relatif murah hanya sekitar Rp15 juta per tambak namun produktivitasnya sama dengan kolam beton berkapasitas besar.