Lahan sawah di Palu terus merosot akibat alih fungsi

id sawah, pertanian,pascabencana,palu, petobo

Lahan sawah di Palu terus merosot akibat alih fungsi

Petani mengolah lahannya untuk ditanami sayuran di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (10/2). Sebagian besar petani di daerah tersebut mulai kembali mengolah lahan pertanian mereka untuk ditanami sayuran serta beberapa tanaman lainnya setelah sempat terhenti akibat bencana alam pada 28 September 2018 lalu. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah.

Sebagian kecil lahan pertanian tersisa di Petobo masih dimanfaatkan warga setempat untuk tanaman hortikultura seperti jagung. Lahan pertanian yang hilang akibat likuefaksi milik dua kelompok tani setempat yakni kelompok tani gumbasa dan anutapura
Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah,  mencatat lahan persawahan di daerahnya terus merosot akibat beralih fungsi menjadi kawasan perkotaan dan perumahan serta bencana alam.

Pejabat Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palu Laila di Palu, Senin mengatakan, sejak 12 tahun terakhir, luas areal pertanian sawah yang terletak di 46 kelurahan di delapan kecamatan baik lahan produktif maupun tidak produktif semakin berkurang.

Banyak petani menjual lahan mereka kepada pengembang untuk kepentingan pembangunan.

"Saat ini lahan pertanian di Palu tinggal 365 hektare. terjadi kemerosotan 500 hektare jika dibanding 2007 yang kurang lebih 800 hektare," ungkap Laila yang juga Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Dinas Pertanian Kota Palu.

Baca juga : Petani di Palu kembali garap lahan pertanian

Dia menjelaskan, pascagempa dan likuefaksi yang memorakporandakan Kota Palu dan sekitarnya banyak infrastruktur bangunan yang rusak termasuk lahan pertanian.

Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan salah satunya, sebagai sentra pertanian di kecamatan itu rusak parah, tercatat 27,5 hektare lahan persawahan produktif hilang akibat likuefaksi.

"Sebagian kecil lahan pertanian tersisa di Petobo masih dimanfaatkan warga setempat untuk tanaman hortikultura seperti jagung. Lahan pertanian yang hilang akibat likuefaksi milik dua kelompok tani setempat yakni kelompok tani gumbasa dan anutapura," ujar Laila.

Guna menggairahkan kembali petani bercocok tanam, Pemkot Palu menyarankan masyarakat yang tinggal di hunian sementara (huntara) memanfaatkan lahan pekarangan melalui program kawasan rumah pangan lestari sebagai solusi ditawarkan pemerintah yang tidak membutuhkan lahan luas.

Sedangkan lahan yang mengalami kekeringan karena jaringan irigasi rusak akibat gempa, pemerintah setempat akan mengupayakan bantuan berupa sumur dangkal di sejumlah titik melalui anggaran APBD maupun APBN agar kegiatan pertanian tetap berlangsung.

"Sejauh ini masih ada petani yang belum mengolah lahannya karena masih trauma tetapi sebagian juga sudah mulai bercocok tanam dan kebanyakan petani Palu saat ini setelah menanam komoditas tanaman pangan mereka beralih ke tanaman hortikultura," kata Laila.